Dunia Konstruksi Hadapi Tantangan Industri 4.0
Industri 4.0 menghadirkan tantangan dan perubahan besar bagi dunia konstruksi. Untuk dapat bertahan, sektor kontruksi di Indonesia mutlak harus berbenah dan berinovasi. Mereka juga membutuhkan ahli-ahli kontruksi yang adaptif dan melek akan digitalisasi jasa konstruksi.
Hal inilah yang menjadi poin penting kuliah umum “Tantangan Industri 4.0 di Dunia Konstruksi”. Kuliah umum dalam rangka Pembukaan Kuliah Mahasiswa Baru TA. 2019/2020 Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) itu diadakan pada Sabtu (14/9) di Ruang Sidang Jurusan Teknik Sipil Gedung FTSP Lantai 1 UII. Narasumber yang hadir yakni Ir. Bambang Pramusinto, selaku perwakilan PT. Hutama Karya.
Pembicara, Bambang Pramusinto mengatakan bahwa tantangan lulusan Teknik Sipil haruslah mempersiapkan aneka Softskill agar siap di dunia kerja. Softskill tersebut meliputi komunikasi, berpikir kritis, complex problem solving, pengabilan keputusan, serta fleksibiltas kognitif. Sedangkan hardskill yang juga tidak kalah penting meliputi pengetahuan umum dan spesifik, bahasa asing, keterampilan teknologi.
“Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, mahasiswa haruslah mahir dengan dunia digital sebab banyak perusahaan yang telah mengintegrasikan kerja mereka dengan SAP. Dengan memasukkan satu entry semuanya dapat terikat meski hal-hal teknikal jangan sampai di lupakan”, imbuhnya.
Bambang Pramusinto juga menambahkan, “Kalau dulu kita bekerja hari itu untuk hari itu tetapi sekarang bekerja untuk saat ini tetapi juga memikirkan bagaimana ke depannya”.
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil UII, Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D mengatakan banyak tuntutan dalam dunia kontruksi yang harus dikembangkan. Ia juga menyebut SDM konstruksi harus siap melihat tantangan ke depan dan meresponnya dengan tepat.
Sementara Dekan FTSP Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D menekankan perbedaan pembelajalaran strata S1 dan S2. Menurutnya, S2 sama-sama mempelajari teknis tetapi juga mempelajri nonteknis. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa S2 haruslah dapat memahami masalah dengan serba cepat, dinamis, serba tidak terduga, dan kompleks. (ANR/ESP)