,

Dosen Bergelar Doktor di UII Kembali Bertambah

Mendapat gelar doktor merupakan sebuah keistimewaan tersendiri bagi setiap orang karena merupakan gelar akademik tertinggi dalam dunia pendidikan. Tak hanya sekedar sebagai titel dalam nama, gelar doktor memiliki makna yang mendalam pada siapapun yang mendapatkannya. Seseorang yang berhasil meraih gelar ini berarti Ia telah melalui jenjang studi tertinggi atau dianggap telah berjasa dan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Di dalam institusi perguruan tinggi, kontribusi doktor juga sangat mempengaruhi kinerja institusi tersebut. Doktor adalah sumber daya manusia yang bisa mendobrak capaian yang telah didapatkan sebelumnya untuk terus dipacu agar bisa lebih maju lagi. Selain dalam proses pembelajaran, doktor juga diharapkan bisa memberikan kontribusi melalui penelitian, peningkatan kualitas akademik maupun peningkatan mutu universitas. Maka, merupakan sebuah kebanggaan bagi universitas jika jumlah tenaga pengajarnya yang bergelar doktor terus meningkat.

Dalam rangka menyambut belasan doktor yang telah selesai menyelesaikan studinya, Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Penyambutan Doktor Baru UII 2017 pada Jumat (22/12). Acara ini merupakan bentuk apresiasi UII kepada dosen yang telah menyelesaikan pendidikan S3 baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat sebanyak 14 orang jumlah doktor baru UII yang lulus tahun 2017. Jumlah 14 orang doktor baru tersebut menjadikan jumlah doktor di UII genap menjadi 166 orang.

Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D. menyampaikan selamat datang kembali kepada para dosen yang telah kembali ke UII setelah meyelesaikan pendidikan S3 selama beberapa tahun. “Dalam dua tahun terakhir, UII sedang melakukan percepatan untuk merekrut dosen baru dan menambah kualitas dosen yang S2 menjadi S3,” tuturnya.

Selain Rektor, turut pula hadir memberikan sambutan Ketua I Bidang Pendidikan Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII,, Dr. Mustaqim, SH., M.Si. “Kita bersyukur sudah memiliki Program Studi yang terakreditasi internasional dan didukung oleh jumlah doktor baru yang terus bertambah. Namun, kita dituntut untuk melakukan perubahan dalam hal melahirkan kelulusan jangan sampai lulusan kita (UII) sama dengan kalau tidak di didik oleh doktor,” harap Mustaqim.

Kegiatan Penyambutan Doktor Baru UII 2017 semakin lengkap dengan penyampaian pesan dan kesan selama menjalani studi di luar negeri oleh salah satu putra terbaik bangsa, Dodik Setiawan Nur Heriyanto. Ph.D., Dosen Fakultas Hukum UII. Peraih predikat Summa Cumlaude dari University of Debrecen ini setidaknya menyampaikan tiga hal yang menurutnya paling berkesan selama menjalani masa pendidikan di negara Eropa Timur, Hongaria.

Pertama, Dodik Setiawan banyak belajar tentang kejayaan dan kekalahan Islam di wilayah Eropa Timur, khususnya Hongaria. “Ternyata peradaban Islam tidak hanya pernah besar di wilayah Eropa Barat, namun wilayah Eropa Timur juga menyimpan sejarah yang cukup unik untuk dikaji sejarahnya oleh orang muslim,” tuturnya.

Kedua, Dodik Setiawan mengaku pernah mengalami culture shock, kondisi dimana Ia menjadi kaum minoritas (muslim) yang hanya bersama dengan 7ribu muslim lainnya dari total 9 juta penduduk Hongaria. “Pertama kali saya datang ke bumi eropa, tempat wudhu saya adalah westafel,” pungkasnya. Ia menggambarkan bagaimana sulitnya menjadi minoritas disana, bahkan untuk melaksanakan ibadah sholat dilakukan di tempat meditasi yang semua simbol agama lain ada disitu.

Dodik Seitawan juga mengungkapkan bahwa saat ini jumlah orang di benua Eropa mengalami penurunan. Salah satu penyebab utamanya ialah karena bunuh diri. Menurut data WHO, jumlah kematian akibat bunuh diri di Hongaria menempati posisi ketiga terbanyak di Eropa. Kehidupan yang cukup keras menjadi alasannya. Ia tidak menampik bahwa hidup di Eropa tidak semudah hidup di Indonesia. Orang-orang yang tidak dekat dengan Tuhan akan memilih untuk mengakhiri hidup sebagai penyelesaian masalah jika mereka merasa sudah tidak sanggup lagi menjalaninya.

“Hidup di Eropa memang banyak tantangan. Tuntutan hidup, pekerjaan, hingga tugas-tugas sekolah apalagi jenjang S3 seperti saya sangat mungkin membuat orang menjadi stres. Saya bersyukur dan beruntung sebagai pemeluk agama Islam yang taat bisa diberikan kekuatan oleh Allah,” ungkapnya. (MHH/RS)