Dampak Riset Terhadap Permasalahan Publik
Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Trainings in Transferable Skills, sebagai bagian dari kegiatan Repesea Erasmus+. Kegiatan yang diselenggarakan kali ini terdiri dari beberapa pelatihan skill, salah satunya adalah Evaluating Research Outputs and Researchers, and Non-Academic Impact pada 18-22 Maret 2019, di kampus UII.
Diselenggarakannya program tersebut bertujuan untuk meningkatan mutu sumber daya manusia perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara. Dalam rangkaian kegiatan ini, beberapa dosen dari UII juga akan menjadi pengajar modul di Thailand dan Malaysia.
Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa program hibah dari Erasmus+ ini terdapat 6 modul pelatihan transferable skill dan sistem untuk mengevaluasi riset. Dan saat ini dijalankan adalah modul-modul yang telah dibuat dan dilakukan pengujian apakah sudah sesuai dengan kebutuhan program ini.
“Harapannya dari modul yang telah kita susun bersama ini akan meningkatkan kualitas riset yang kita kembangkan, menghasilkan keluaran yang terbaik,” ungkapnya.
Noraiza Mohd Zamil, Ph.D. dari International Business School Universiti Teknologi Malaysia, selaku pemateri pada pelatihan menjelaskan tentang bagaimana dampak yang telah ditimbulkan dari hasil riset yang dilakukan sivitas akademika. Saat ini dalam pembuatan sebuah riset perlunya memperhatikan sebab musabab yang akan dihasilkan dari riset tersebut.
“Kita sebagai sivitas akademika perlu berhati-hati dan rajin dalam membaca publikasi ilmiah. Ini akan memperkaya riset yang kita lakukan guna menghasilkan output yang baik,” ungkapnya.
Terlebih dampak yang ditimbulkan riset dari segi non-academic. Noraiza memberikan contoh bagaimana kemampuan riset di negara Korea Selatan yang salah satunya adalah merestorasi Sungai Cheonggyecheon yang dulu dijadikan pembuangan limbah.
“Kita lihat sungai yang membelah Kota Seoul itu berhasil dikembalikan fungsinya melalui berbagai riset yang dilakukan. Sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kualitas ekosistem yang lebih baik,” ujarnya.
Noraiza mendorong peserta pelatihan yang sebagian besar adalah mahasiswa program master dan doctoral untuk mengembangkan riset yang memiliki dampak yang baik dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan publik. Ini sejalan dengan revolusi industri yang terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun. “Saya pikir akan sangat banyak permasalahan yang akan datang dalam revolusi industri ini,” tandasnya.
Salah satu peserta program Dr. Dessy Isfianadewi, S.E., M.M., Dosen Program Studi Manajemen UII, mengatakan program ini membuka dan menambah wawasan mengenai riset-riset yang ada di luar, yang ternyata memiliki kesamaan dengan di Indonesia.
“Program ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan risetnya. Bukan sekedar kebutuhan akademik saja melainkan ada aspek lain di luar akademik seperti dampak pada lingkungan dan pemerintahan,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan Daniel Eka P Siahaan, mahasiswa Magister Akuntansi UGM, pada program ini dirinya mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan terhadap riset yang tengah Ia jalani.
“Senang sekali bisa mengikuti program ini, dapat menambah wawasan dan mengasah cara berpikir kita menjadi lebih baik. Saya pun mendapatkan apa yang harus dilakukan terhadap riset yang tengah saya jalani,” ungkapnya. (ENI/RS)