Cinta Al-Quran, Kuasai Sains Jadi Modal Mahasiswa FMIPA Bersaing
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Stadium General Taklim Perdana yang diselenggarakan pada Rabu (7/9). Kegiatan Taklim perdana ini mengawali rangkaian Pengembangan Diri Qur’ani (PDQ) pada semester ganjil tahun akademik 2022/2023. Peserta Taklim perdana adalah mahasiswa FMIPA UII angkatan 2021 dan 2022 dengan jumlah kurang lebih sebanyak 683 mahasiswa.
Acara Taklim Perdana yang mengundang pembicara Ustaz Tajul Muluk S.Ud., M. Ag. bertujuan memotivasi mahasiswa FMIPA UII semakin semangat dalam mendalami nilai-nilai Islam. Selaras dengan tema acara “Mahasiswa Sebagai Generasi Qur’ani Masa Depan”, juga terselip pesan membentuk karakter pribadi yang mencerminkan Islam Ulil Albab.
Mengawali rangkaian acara Taklim Perdana, Dekan Fakultas FMIPA UII, Prof Riyanto. M.Sc.,Ph.D. menyampaikan bahwa slogan FMIPA adalah ‘Start Kuliah, Start Taklim’. Ciri khas dari UII sendiri adalah memiliki alumni-alumni yang memiliki karakter yang baik dan memiliki nilai-nilai keislaman dalam hidupnya.
“Taklim ini merupakan salah satu sarana yang sangat baik untuk membentengi diri anak-anak mahasiswa untuk dapat menjaga diri dari pergaulan bebas, sehingga harapannya mahasiswa FMIPA UII menjadi sosok yang memiliki keilmuan yang cerdas, karakter dan nilai keislaman yang baik, serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi” ungkapnya.
Senada, Ahmad Sadzali, Lc., M.H., selaku Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII mengatakan taklim perdana tak terpisahkan dengan kegiatan kuliah akademik di kampus. Program ini bersifat wajib dan outputnya berbentuk SKP. Kelulusan dari program Pengembangan Diri Qur’ani (PDQ) ini juga menjadi salah satu syarat untuk dapat mengikuti kegiatan KKN nantinya.
Ustaz Tajul Muluk dalam materinya merasa bersyukur atas izin Allah dapat bertemu dengan keluarga FMIPA UII dalam memulai kegiatan yang bermanfaat yaitu memperdalam ilmu-Nya dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Menurutnya, Nabi Muhammad pada masa muda benar-benar sosok yang menjaga pergaulan. Ia kemudian berpesan kepada teman-teman mahasiswa bahwa sangat penting untuk membatasi diri dari pergaulan bebas dan hal-hal yang tidak bermanfaat.
“Rasulullah mengajarkan kita bersikap kritis dan berfikir kritis terhadap lingkungan kita. Seorang muslim tidak boleh mudah terseret arus. Apalagi di dunia sosial media, apabila memiliki teman yang toksik maka perlu membatasi diri, jangan sampai pikiran kita terbawa dengan hal-hal negatif yang tersebar di sosial media.” ucap Tajul Muluk.
“Qur’an adalah peta yang sangat jelas, petunjuk dan sumber yang sangat jelas kebenarannya. Kita sebagai makhluk Allah harus sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Kemudian dengan interaksi Al-Qur’an inilah dapat menemukan banyak wawasan dan keilmuan-keilmuan yang menginspirasi dan sebagai referensi untuk melakukan riset-riset sains, sehingga membuat kita menjadi orang-orang yang memiliki intelektual yang tinggi dan berkarakter islami ”pungkasnya. (A/ESP)