,

Buang Jauh Toxic Parenting

Tumbuh kembang anak melewati masa yang berbeda-beda. Tak jarang anak memperoleh kekerasan dari orang tua dalam masa tumbuh kembangnya. Baik kekerasan verbal, fisik, hingga seksual. Hal ini dikenal dengan toxic parenting. Seorang pakar parenting, Bunda Elly Risman Musa, Psi. menyampaikan 12 gaya popular yang dilakukan orang tua saat sedang emosi pada anaknya, yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, melabeli, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisa.

Hal ini disampaikan Bunda Elly dalam Seminar Nasional “Pengasuhan Anak di Masa Pandemi” dalam rangka puncak Milad ke-19 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), pada Sabtu (12/12). Kegiatan ini mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat, tampak dari jumlah pendaftar mencapai lebih dari 1000 orang. Tema tersebut dipilih sebagai bentuk perhatian Fakultas Kedokteran UII terhadap pendidikan keluarga, khususnya di masa pandemi.

Bunda Elly melanjutkan, kalau pakai 12 gaya populer tadi, tentu anak itu tidak akan mendengar apapun nasihat kita. Pasalnya, terdapat bagian dalam otak bernama sistem limbic yang berhubungan dengan memory. Dimana, ketika seseorang sedang dalam emosi yang buruk maka akan mengarahkan pada short term memory atau memori jangka pendek. Sedangkan ketika seseorang sedang dalam emosi yang senang maka akan mengarahkan pada long term memory atau memori jangka panjang.

Singkatnya, anak akan mengolah dan mengingat suatu nasihat apabila dalam keadaan emosi yang baik, namun sebaliknya jika anak akan sulit mengolah dan cenderung lupa pada suatu nasihat yang diberikan dalam keadaan emosi yang buruk. “Maka dari itu, jangan menasihati ketika sedang marah, tunggu dulu sampai kita bisa tenang,” ujar Bunda Elly.

Kedua belas gaya emosi tersebut bagaikan efek domino dari trauma masa kecil yang dirasakan oleh orang tua. “Asalnya itu dari saat kita masih kecil, sering dimarahi sama orang tua, akhirnya kita ikut menerapkan itu ke anak kita selanjutnya. Lalu bagaimana caranya agar menghentikan 12 gaya itu? Berdamai dulu dengan diri sendiri. Kalau kita saja belum berdamai dengan diri kita, namanya A-M-A (Anak kecil Mengasuh Anak kecil). Karena kita belum bisa berdamai dengan masa kecil kita yang sering dimarahi. Because parenting is all about wiring,” ungkap Bunda Elly.

Tak hanya berdampak pada pola pengasuhan selanjutnya, Dosen Fakultas Kedokteran UII, dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes, Sp.S. menyampaikan emosi orang tua atau kekerasan yang diberikan baik secara verbal maupun fisik dapat berdampak pada kerusakan pertumbuhan otak anak. “Solusinya biar nggak emosi gimana? Ya perlu tulus dalam mencintai anak. Ketika sudah tulus maka akan muncul penerimaan terhadap kekurangan anak,” ungkap dr. Agus.

Bunda Elly menambahkan ada tiga bagian kanak-kanak dalam diri seseorang (Inner Child) yang perlu diketahui untuk dapat berdamai dengan masa lalu. Yang pertama adalah Free Child atau masa yang menyenangkan dalam masa kecil seseorang, yang kedua adalah Adaptive yaitu masa beradaptasi dalam masa kecil seseorang, dan yang terakhir adalah Rebellious yaitu masa yang menjengkelkan dalam masa kecil seseorang. Rebellious inilah yang perlu dimaafkan untuk dapat berdamai dengan masa kecil kita, untuk itu kita juga perlu menengok pada Free Child agar dapat bersyukur bahwa tidak seluruh masa kecil kita merupakan hal buruk.

Setelah mampu berdamai dengan diri sendiri, memaafkan kesalahan orang tua, Bunda Elly menyampaikan solusinya untuk dapat menasihati anak dengan memahami perasaannya. “Perasaan itu sangat penting kan ya, kalau orang tau perasaan kita pasti tentu kita akan merasa dihargai. Begitu yang harus kita lakukan pada anak kita, memahami perasaannya,” terangnya.

Ia menyampaikan untuk menasihati anak, pertama kita perlu menurunkan frekuensi bicara. Selanjutnya kita perlu membaca bahasa tubuh anak kita, dari membaca bahasa tubuh kita perlahan akan mampu mengenali perasaannya, apakah dia sedang sedih, gelisah, marah, atau senang. “Kita namai perasaan anak kita itu, kalau tentang nanya perasaannya kenapa, ada apa, itu urusan besok. Yang penting anak kita sudah tahu bahwa kita mengerti perasaannya,” jelasnya.

Terakhir, Bunda Elly menyampaikan pengasuhan adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Untuk dapat mengasuh anak dengan baik, kita perlu meninggalkan kenangan pengasuhan orang tua kita di masa lalu, dan membentuk kebiasaan baru yang sesuai dengan anak kita saat ini. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam melalui sabda Rasulullah yang artinya, “Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena ia akan hidup di zaman yang berbeda denganmu,” tutpnya. (VTR/RS)