Botol Pemanas Berdaya Guncangan Karya Mahasiswa UII Untuk Para Traveler
Berada di perjalanan yang jauh dari peradaban seringkali membuat para traveler yang ingin menikmati minuman panas kesulitan. Untuk memanaskan air mereka harus bersusah payah memasaknya dengan kompor lapangan atau api unggun. Namun, semua kesulitan itu tampaknya dapat diatasi dengan produk Eshotics karya mahasiswa UII. Eshotics merupakan botol pemanas elektrik yang dapat memanaskan air dalam waktu singkat. Produk inovatif ini bekerja dengan cara diguncang-guncangkan. Lantas bagaimana produk ini dapat bekerja memanaskan air?.
Inovasi ini digarap dengan tekun oleh Muhammmad Iqbal Sabit, mahasiswa UII bersama empat temannya dari Teknik Elektro UII yakni Rahmawati Fanansyah Putri, David Arohman, Nuraditya Ahmad, serta Hasyim Abdullah. Mereka dibimbing oleh dosen UII, Setyawan Wahyu Pratomo, ST, MT. Produk inovatif inilah yang juga menghantarkan mereka meraih medali emas dan perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-30 di Universitas Islam Makassar (UIM), 23-27 Agustus 2017.
“Latar belakang kami menemukan ide ini lebih pada keinginan mengembangkan keilmuan yang sudah kami dapat. Kami sudah diajari praktek teori induksi elektromagnetik dan sederhananya kalau ada kumparan dan ada magnet yang bergerak maka akan menghasilkan listrik. Ini adalah awal kami menemukan inovasi untuk membuat botol tersebut”, ujar Iqbal menjelaskan cara kerja botol.
Desain botol mengadopsi bentuk termos yang sudah ada di pasaran. “Susunan komponen elektromagnetiknya kami simpan di bagian bawah botol dengan alat penampung airnya di atasnya. Dengan mengocok botol yang berkomponen elektromagnetik maka akan menghasilkan listrik dan disimpan dengan baterei untuk menstabilkan tegangannya”, tambahnya.
Menurutnya daya baterai sangat mempengaruhi kecepatan memanaskan air. Baterai dengan daya 1500 MAh Bisa memanaskan air selama 15 menit dalam kondisi penuh. Selanjutnya baterei berdaya 5400 MAh bisa memanaskan air selama 1 jam sehingga lebih besar daya baterai maka semakin banyak kita bisa memanaskan air.
Ia dan timnya sempat bereksperimen mengenai material yang ringan dan mampu menampung banyak air. “Awalnya ukuran botol prototype pertama berkapasitas 330 ml dengan berat 2 kg, namun kami coba modifikasi lagi agar bisa lebih ringan. Akhirnya kami ganti material hingga berhasil membuat ukurannya lebih besar tapi lebih ringan, terakhir botol bisa menampung air sebanyak 1,2 liter”, jelasnya lagi.
Pembuatan botol Eshotics memberi kesan pesan mendalam bagi tim. Banyak kendala dalam merangkai komponen elektromagnetik yang harus diatasi. Di samping itu, tim pun harus ekstra berhati-hati karena alat dan komponen didatangkan dari luar negeri. Mereka berharap produk ini dapat semakin disempurnakan hingga layak dijual secara komersil di pasaran. (EF)