BIO-CHIPS, Material Kekinian Untuk Limbah Batik Metilen Biru
Perkembangan industri batik di Indonesia mengalami kemajuan pesat dari tahun ke tahun. Di Yogyakarta, sebagian besar industri batik merupakan industri kecil atau home industry. Limbah yang dihasilkan tidak banyak namun menyebar, sehingga sistem pengolahan limbah secara terpusat sulit dilakukan. Hal ini menyebabkan limbah hasil produksi dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
Dalam upaya penanganan limbah zat warna tersebut, beberapa metode telah dikembangkan di antaranya oksidasi, koagulasi dan floakulasi, serta pertukaran ion. Namun, metode tersebut tergolong mahal dan rumit untuk dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
Berangkat dari persoalan tersebut, tiga mahasiswa Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Aditya Deska Ramadhan, Muhammad Sarkawi dan Noventa Egi Saputra di bawah bimbingan Argo Khoirul Anas, M.Sc., memanfaatkan ‘BIO-CHIPS’ Biochar Berbasis Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Termodifikasi Surfaktan Anionik.
“Pemanfaatn BIO-CHIPS ini dapat mereduksi konsentrasi limbah zat warna Metilen Biru (MB) dalam limbah batik sehingga dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dalam waktu yang berkepanjangan,” ujar Aditya pada Jumat (12/7).
Menurut Aditya, Adsorben yang digunakan adalah Biochar yaitu produk kaya karbon yang dihasilkan oleh pirolisis dari biomassa yang sangat ringan dan diproses di bawah kondisi oksigen yang terbatas dan pada suhu yang relatif rendah (<700 °C).
“Pengolahan limbah diproses dengan Adsorpsi yaitu peristiwa terakumulasinya partikel adsorbat pada permukaan adsorben. Partikel yang terakumulasi dan dijerap oleh permukaan disebut adsorbat dan material tempat terjadinya adsorpsi disebut adsorben atau substrat,” jelasnya.