Bersiap Menjelang Gelombang Tiga Covid-19
Kementerian Kesehatan memprediksi awal gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi pada awal Maret 2022. Bersamaan dengan tingginya kasus varian omicron melebihi varian delta yang hampir terjadi di seluruh dunia. Kenaikan kasus utamanya terjadi di Pulau Jawa-Bali yang menimbulkan gelisah dan waspada warga.
“Setiap varian memiliki sifat mutasi yang unik,” tutur dr. M. Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) dalam Seminar Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) pada Sabtu (26/2).
Lebih lanjut, dr. M. Saifudin Hakim menjelaskan jika varian omicron memiliki tingkat mutasi yang paling tinggi. Sebanyak 60 set mutasi pada area protein spike virus berakibat menurunnya aktivitas antibodi. Berlaku pada antibodi akibat vaksin maupun pasca terserang virus sebelumnya.
dr. M. Saifudin Hakim menambahkan varian omicron memiliki tingkat penularan paling tinggi dan cepat dibandingkan varian sebelumnya. Berakibat dampak jangka pendek maupun panjang pada munculnya penyakit berat. “Orang yang sudah terinfeksi varian lama, sangat mungkin untuk terinfeksi omicron,” jelasnya.
Omicron memiliki gejala yang khas dan berbeda dari varian sebelumnya. Sebagian besar pasien akan mengeluh batuk, badan pegal, demam, dan mual. Gejala lain namun lebih jarang adalah sesak napas, diare, dan hilangnya indra penciuman perasa. “Pasien saat tiba di RS biasanya mengeluh seperti sedang masuk angin,” jelas dr. Nuur Naafi Ulloh, M.Sv., Sp.PK, Dokter RS UII.
dr. Nuur Naafi Ulloh menjelaskan jika dokter akan melakukan tes antigen pada pasien yang memiliki keluhan seperti masuk angin tersebut. Meskipun tidak batuk, pasien sebagian besar mengeluh tenggorokannya gatal. “Delapan dari sembilan pasien yang datang dengan keluhan diatas positif Covid-19,” tandasnya.
Untuk itu dr. Nuur Naafi Ulloh berpesan bagi siapapun yang sudah merasakan gejala badan kurang enak ditambah pasca kontak dengan orang yang positif. Maka diharuskan untuk segera melakukan pemeriksaan Covid-19. Pemeriksaan standar adalah menggunakan antigen. Namun, kita tidak bisa sembarangan melakukannya. Seiring dengan fakta lapangan yang menunjukkan banyak pelayanan tes antigen tanpa surat izin yang resmi. “Pilihlah fasilitas kesehatan yang legal demi terhindar dari hasil negatif palsu,” jelasnya.
Namun, dr. Nuur Naafi Ulloh menyampaikan sesuai surat edaran resmi dari Kementerian Kesehatan pada 10 Februari 2022. Penggunaan tes antigen digunakan apabila terdapat keterbatasan akses pada pemeriksaan NAAT (PCR).
Lebih lanjut mengenai perkembangan kasus Covid-19 di Provinsi DI.Yogyakarta yang juga mengalami kenaikan kasus. Per Hari pada pertengahan Februari kasus konfirmasi positif mencapai angka 2000 lebih. Per 25 Februari 2022, sebanyakan 2778 didapati positif Covid, 485 sembuh, dan 9 meninggal. “Di D.I. Yogyakarta omicron memiliki persentase kesembuhan 84.16% dan 2.88% kematian,” kata Dr .dr. Titik Kuntari, M.P.H, Dosen FK UII.
Melihat kondisi diatas, dr. Titik Kuntari berpesan agar masyarakat segera melakukan vaksinasi booster dan patuhi protokol kesehatan. Tidak lupa mengonsumsi makanan yang bergizi demi imun yang lebih kuat. Saling beri dukungan ke lingkungan sekitar. Terinfeksi Covid-19 bukanlah hal yang patut diberi stigma. (UAH/RS)