Berbahan Bakar Arang, Alat Gasifikasi Hidupkan Genset dan Kompor
Di era modern ini, tidak jarang orang melupakan hal-hal kecil seperti arang. Bahan bakar padat berwarna hitam pekat yang terbuat dari kayu ini mungkin hanya akrab di kalangan masyarakat pedesaan atau pedagang kuliner. Arang dianggap tidak praktis lagi karena sudah banyak bahan bakar yang lebih instan dan modern. Tidak mengherankan jika arang hanya dikenal sebagai bahan untuk menghidupkan api, memanggang makanan, dan sejenisnya. Padahal menurut penelitian sekelompok mahasiswa UII, arang memiliki potensi untuk dijadikan sumber bahan bakar yang dapat menghidupkan genset.
Keempat mahasiswa UII yang terdiri dari Rismayanti Pratami (Ilmu Kimia/2015), Restiana Putri Handayani dan Aking Abdul Fattah (Teknik Kimia/2013), serta Muhammad Noviansyah (Teknik Kimia/2012) berhasil mengembangkan sebuah alat gasifikasi bernama Ahget (arang hidupkan genset).
Berawal dari ide yang sering diperbincangkan dengan sesama temannya di kelas, Risma Pratami dan timnya terdorong untuk mewujudkan inovasi pembangkit listrik dengan berbasis pemanfaatan arang. Idenya tersebut didasari oleh kondisi yang ditemuinya di mana masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menikmati listrik.
“Di daerah terluar atau pulau-pulau terpencil cukup sulit membangun pembangkit listrik berskala besar, sehingga alat gasifikasi berbahan bakar arang yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat dapat menjadi solusi alternatif untuk menyalakan genset”, ujarnya. Ini juga sebagai alternatif dari mahalnya bensin atau solar sebagai bahan bakar genset.
Risma dan timnya berusaha memanfaatkan proses gasifikasi dari pembakaran arang yang selanjutnya dapat dikonversi menjadi energi untuk menyalakan genset. Dalam aplikasinya, bahan bakar arang dapat disubtitusi dengan bahan bakar lain yang mudah ditemui di daerah terpencil, seperti sabut kelapa dan potongan-potongan kayu.
Berbasis Teknologi Gasifikasi
Teknologi gasifikasi menjadi basis bagi Risma dan timnya untuk bereksperimen. “Gasifikasi merupakan bentuk peningkatan pendayagunaan energi yang terkandung di dalam bahan biomassa. Proses konversi dari bahan padat menjadi gas terjadi melalui proses degradasi termal material-material organik pada temperatur tinggi di dalam pembakaran yang tidak sempurna”, ungkap Risma dalam wawancaranya dengan staf Humas UII.
Proses tersebut menghasilkan uap air dan karbondioksida untuk kemudian direduksi menjadi gas yang mudah terbakar, yaitu karbon monoksida (CO), hidrogen (H2) dan methan (CH4). Gas-gas inilah yang selanjutnya dipakai sebagai pengganti BBM untuk menggerakkan mesin genset penghasil energi listrik.
Di samping menghidupkan genset, teknologi gasifikasi arang yang dikembangkan mahasiswa UII ini ternyata juga dapat menghidupkan kompor. Nyala api kompor bersumber dari senyawa gas yang dihasilkan oleh mesin gasifikasi. “Selain genset, kami juga sedang berupaya memanfaatkan arang ini untuk menyalakan kompor, nyala apinya biru pertanda apinya cukup bagus”, tukasnya.
Risma menuturkan untuk menghidupkan genset, dibutuhkan setidaknya kurang lebih 10 kg arang. Saat ini, ia dan timnya tengah berusaha meningkatkan efisiensi alat gasifikasi sehingga dapat menyuplai dan menghasilkan energi listrik maksimal. “Selain itu, kami juga sedang berusaha memperkecil dimensi alat, agar lebih menarik dan simple bagi masyarakat, karena masyarakat Indonesia pada dasarnya suka yang simple-simple”, pungkas Risma. (EF)