,

Berbagi Ide Bendung Omicron, Mahasiswa FK UII Juara Lomba Poster

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) kembali membuahkan prestasi yang membanggakan. Mahasiswa yang terdiri dari Muhammad Rafi Falah, Tsaniya Ahda Indrayani, dan Salma Nur Hamidah Ikhwan berhasil meraih Juara 2 Poster Lomba Masterpiece Competition 2022 yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret, Solo (UNS) pada Minggu (30/1).

Dalam lomba bertema “The Urgency of Healthy Lifestyle During Covid-19 Pandemic” tersebut, mereka bersaing dengan peserta dari universitas bergengsi lainnya seperti UI, USU, UNAIR, dan UM. Poster yang mereka usung mengedukasi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah dalam mencegah penyebaran varian Omicron.

Poster berslogan SPIDERMAN itu dengan desain cukup mencolok itu memberi informasi tentang omicron yang memiliki nama lain B.1.1.529. Varian ini mengakibatkan 584.480 temuan kasus di dunia dan peningkatan penyebaran Covid-19 di seluruh belahan dunia. “Omicron 235% lebih cepat penyebarannya dibandingkan varian delta,” terang Salma.

Omicron sendiri pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021 yang diduga kemunculannya sudah ada sejak awal November. Berbeda dengan gejala yang disebabkan oleh varian lainnya, Salma menyebut jika omicron cenderung memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa. Penderita akan mengeluh sakit tenggorokan disertai kesulitan menelan, disusul dengan gejala batuk, dan hidung tersumbat. Sebagian pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan badan yang terasa lemas lesu.

“Sekilas mirip dengan flu biasa, sehingga jika timbul gejala tersebut segera pergi ke dokter. Terutama bagi lansia dan orang yang memiliki komorbid,” jelasnya.

Senada dengan Salma, Tsaniyya menyampaikan jika urgensi tingginya angka kasus Omicron di Indonesia sudah mengkhawatirkan di tengah rencana pembelajaran tatap muka secara penuh. Kasus Omicron di Indonesia lebih banyak terjadi di luar Jawa Bali mengiringi kebijakan Presiden Jokowi untuk percepatan pemerataan booster di wilayah tersebut, seperti Papua.

“Perhari ini kasus Omicron tercatat sampai 2.156 kasus, jika tidak ditangani dengan baik bisa saja kondisinya akan lebih parah dari varian delta,” jelasnya.

Menurutnya, penyebab paling utama tingkat penyebaran Omicron adalah kini masyarakat mulai lengah dan tidak taat prokes. Jumlah angka kepergian keluar negeri tanpa kepentingan surat tugas kini juga meningkat. “Pandemi belum usai, kita harus selalu terapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan,” jelasnya.

Terakhir, Rafi mengingatkan jika seseorang mendapatkan hasil tes PCR tanpa gejala maka bisa isolasi mandiri (isoman) di rumah selama 5 hari dengan syarat menaati peraturan isoman. Berbeda apabila disertai dengan gejala ringan seperti demam, batuk, dan pilek maka bisa mengakses layanan telemedicine. Hal tersebut bertujuan agar fasilitas kesehatan dapat lebih optimal menangani pasien dengan gejala berat serta komorbid. (UAH/ESP)