Bedah Buku dan Bincang SDGs Diplomasi Kota Berkelanjutan
Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indoensia (PSHI UII) kembali mengadakan kegiatan Bedah Buku dan Bincang SDGs dengan tema “Diplomasi Kota Berkelanjutan” pada Rabu (12/6). Kegiatan ini menghadirkan pembicara Dr. Ario Bimo Utomo, S.IP., M.I.R. yang merupakan penulis buku “Diplomasi Kota: Teori, Praktik, dan Prospek” dan Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A. sebagai moderator.
Kegiatan tersebut mendiskusikan bagaimana aktivitas diplomasi dapat dilakukan di kota, tidak hanya antar negara saja. Konsep diplomasi kota mencakup berbagai bidang, seperti sosial, ekonomi, dan budaya serta memiliki peran strategis dalam menunjang Sustainable Development Goals (SDGs).
“Diplomasi itu jangan dinilai terlalu tinggi. Padahal isu diplomasi juga dapat diterapkan dalam konteks pemerintahan yang lebih kecil, seperti kota.” ujar Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur tersebut.
Dalam buku Diplomasi Kota: Teori, Praktik, dan Prospek juga membahas prospek akademis dan praktis dari diplomasi kota. Meskipun belum banyak dieksplorasi di Indonesia, akan tetapi buku ini memberikan panduan bagaimana pemerintah kota dan daerah dapat menjalankan kerjasama internasional dan kapasitas dalam kolaborasi.
Program studi Hubungan Internasional dinilai tidak hanya dalam prospek kerja saja, mengingat tidak hanya soal profesi tetapi juga untuk melatih kemampuan berpikir. “Fakta bahwa HI tidak selalu menjadi diplomat saja, tetapi untuk mencetak pola pikir mahasiswa mengenai diplomasi dan menilai dari berbagai perspektif.” jelas Dr. Ario Bimo.
Dalam praktiknya, beberapa kota di Indonesia sudah menjalankan kerja sama diplomasi antar kota. Dr. Ario Bimo menyebutkan kerja sama antara Kota Surabaya dengan Kota Busan di Korea Selatan, serta Kota Surabaya dengan Kota Monterrey di Meksiko yang didorong karena adanya kesamaan dalam bidang industri serta wisata di antara kota-kota besar tersebut.
Dr. Ario Bimo melanjutkan, pentingnya pemahaman diplomasi dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan juga memiliki potensi yang besar. Dengan adanya pemanfaatan diplomasi kota ini, akan menjadikan aksi lokal yang nyata.
“Di dalam buku saya, kota itu sebagai penerjemah, yang mana salah satu alat untuk mengeksplorasi visi misi kota adalah untuk fokus menyesuaikan apa yang terjadi di kota tersebut,” tandasnya.
Di akhir diskusi, Dr. Ario Bimo juga menegaskan kembali akan pentingnya pola pikir diplomasi dalam berbagai profesi, yang diharapkan kota-kota di Indonesia akan lebih aktif dan efektif dalam menjalankan diplomasi kota demi kesejahteraan masyarakatnya. (AHR/RS)