Beberapa Penyebab Su’ul Khotimah
Sebagian orang yang menampakkan dirinya sebagai seorang muslim dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, ternyata dapat mengalami su’ul khotimah. Hal ini sebagaimana dikemukakan Ust. Amir As-Soronji, Lc. M.Pd.I.. mengutip cerita Shiddiq Hasan Khan dalam kajian yang diadakan oleh Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (22/6) melalui Google Meet.
Dalam buku berjudul Sejenis Kiamat Besar karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Shiddiq Hasan Khan pernah menceritakan mengenai kondisi su’ul khotimah. Su’ul khotimah memiliki sebab-sebab yang harus selalu diwaspadai oleh setiap mukmin. Ust. Amir As-Soronji kemudian menyebutkan beberapa penyebab su’ul khotimah menurut Shiddiq Hasan Khan.
Akidah yang Rusak
Meskipun memiliki sifat zuhud dan keshalihan yang sempurna, namun akidah rusak maka tidak akan ada artinya. Jika seseorang memiliki akidah yang rusak dan ia sangat meyakininya, bahkan tidak menunyadari bahwa dirinya telah berada dalam kekeliruan akidah, maka hal tersebut akan tersingkap ketika dirinya sakaratul maut. Jadi, seseorang yang wafat dalam keadaan sebelum kembali ke dalam keimanan atau ajaran yang benar, maka ia akan mendapatkan su’ul khotimah dan meninggal dalam keadaan tanpa iman. Hal ini seperti firman Allah dalam QS. Az-Zumar: 47 yang artinya: Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.
Begitu pula dalam firman-Nya yang lain, “Katakanlah Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, padahal mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)
Ust. Amir As-Soronji mengatakan maka hendaklah setiap orang selalu memperbaiki akidahnya. Dimana akidah yang benar adalah bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam dakwahnya di era awal kebangkitan Islam pada masanya. “Jika ia tidak bisa membedakan antara akidah yang benar dengan buruk maka hal itu bisa menjadikan hilangnya akidah itu secara total, seperti orang yang tidak punya akidah atau orang kafir,” tambahnya.
Banyak Maksiat
Apapun yang sering dilakukan seseorang dalam kehidupannya maka kebiasaan itu akan melekat dalam hatinya, begitu pula kemaksiatan. Semakin banyak maksiat yang diperbuat, maka akan muncul dan terulang pula memori itu saat ia meninggal. Sebaliknya, jika seseorang selama hidup di dunia cenderung melakukan ketaatan dan hal-hal baik, maka hal yang paling banyak hadir saat dirinya sakaratul maut adalah memori ketaatan.
Ust. Amir As-Soronji menjelaskan bahwa jika seseorang sering membaca Al-Qur’an, hadir dalam kajian, mengerjakan shalat wajib dan sunah, rajin berpuasa, bersedekah, dan amalan lainnya, maka kecondongannya itu akan terbayang atau terlihat ketika ia sudah meninggal. Bahkan ketika maut hendak menjelang namun dirinya belum bertaubat, maka syahwat dan maksiat akan menguasainya hingga hatinya terikat padanya.
Kedua hal tersebut akan menghalangi dirinya dengan Rabbnya dan akan menyebabkan kesengsaraan di akhir hayatnya. “Orang sakit parah biasanya bertaubat, namun jika waktu sehat ia condong ke maksiat maka dirinya tidak kepikiran taubat melainkan maksiat yang biasanya dilakukan,” ungkapnya.
Adapun orang yang tidak maksiat atau hendak maksiat namun segera taubat maka dirinya akan dijauhi dari kondisi su’ul khotimah, melainkan Insya Allah diberikan husnul khotimah. Hal ini merupakan pertolongan dari Allah Swt. Maka hendaklah kita terus melakukan ajaran-Nya dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya. Dalam pergaulan seseorang juga harus diperhatikan, sebab saat meninggal akan ditampilkan orang-orang yang biasa bergaul dengannya. Seperti dalam ilustrasi dimana semasa hidupnya seseorang sering bermain catur, saat sekarat ia tidak mampu mengucapkan “Laa Ilaha Illallah” meskipun sudah dibimbing. Melainkan dirinya mengucapkan “Skak!” kemudian ia meninggal.
Berpaling atau Tidak Istiqamah
Semula seseorang istiqamah dalam kebaikan lalu berubah menjadi menyimpang jauh menuju keburukan, maka hal ini dapat menjadi sebab orang mengalami su’ul khotimah. Seperti contoh dari Ust. Amir As-Soronji, dimana iblis semula merupakan makhluk paling taat kepada Allah bahkan menjadi pemimpin para malaikat. Namun, ketika dirinya diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam, iblis menolaknya karena merasa paling hebat. Sebab kesombongannya, iblis dikutuk menjadi makhluk yang tergolong kafir. Sehingga jika ada seseorang mengikuti ajaran iblis, maka dirinya termasuk orang kafir dan akan mengalami su’ul khotimah. “Di sini jadi catatan dimana iblis guru malaikat malah masuk neraka, sedangkan muridnya malaikat masuk surga. Maka kita harus terus berdoa dan memohon kepada Allah untuk diselamatkan,” jelas Ust. Amir As-Soronji.
Istiqamah memang tidaklah mudah sebab banyak hal yang menjadi penghalang. Agar dapat meningkatkan amal dapat dilakukan dengan banyak mencari ilmu, berdoa, dan berdekatan dengan orang yang baik. Keluarnya seseorang dari keistiqamah akan ketaatannya, maka harus segera disadarkan dan diluruskan agar tidak termasuk ke dalam orang yang mendapatkan su’ul khotimah.
Lemahnya Iman
Lemahnya iman seseorang dapat melemahnya juga kecintaannya kepada Allah Swt., malah semakin cinta dirinya kepada dunia. Iman yang lemah dapat mendominasi hatinya dan tidak ada celah untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, maka ia akan terdorong melakukan maksiat.
Banyaknya dosa yang menggelapkan hatinya menyebabkan cahaya iman di hati memadam. Sehingga ketika sakaratul maut datang, ia akan dibayangkan kebingungan dan rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah Swt. akan murka dan tidak cinta padanya. Dalam kondisi seperti ini, ia akan mendapatkan su’ul khotimah dan sengsara selamanya. “Sebab orang mendapatkan su’ul khotimah adalah cinta dan kecondongannya akan dunia sehingga lemahlah iman dan berimbas pada penyiksaan,” tutup Ust. Amir As-Soronji. (SF/RS)