Bahas Persoalan Penuntasan Kemiskinan, UII Juara 1 LKTI Nasional Di Makassar
Prestasi kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) di kancah nasional. Kali ini, catatan membanggakan ditorehkan oleh Tim Forum Kajian dan Penulisan Hukum (FKPH) Fakultas Hukum UII yang sukses meraih juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) 2nd National Economic Fair For Our Ideas (NEFORIA) yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar pada 2-5 Maret 2017. Tim terdiri dari mahasiswa UII, Mohammad Agus Maulidi (2013), Irwan Hafid (2014), dan Sahid Hadi (2014).
Tim LKTI FH UII berhasil meraih juara satu setelah berkompetisi dengan 48 Tim lainnya dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Beberapa diantaranya seperti UI, UGM, ITS, UNAIR, dan Universitas Brawijaya. Sedangkan posisi kedua diraih oleh Tim IPB dan posisi ketiga oleh Tim UNHAS Makassar.
Lomba Karya Tulis Ilmiah 2nd NEFORIA 2017 mengangkat tema “Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Berkelanjutan dalam Mendukung SDG’s”. Lomba tersebut terdiri dari dua kategori seleksi, tahap pertama seleksi naskah karya dan kedua presentasi finalis. 15 Tim dengan karya terbaik yang lolos seleksi pertama, berhak diundang oleh panitia untuk mempresentasikan karyanya dihadapan dewan juri pada tahap kedua.
Disampaikan Irwan Hafid, salah seorang anggota tim UII bahwa dalam kompetisi tersebut mereka mengajukan karya tulis dengan judul “Strategi Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Reinventing Government”. Karya tulis yang mereka ajukan berhasil masuk final bersama dengan tim UII dan universitas lainnya. Sebab secara bersamaan, delegasi UII yang berhasil masuk final ada dua tim, yakni Tim dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum.
“Saat itu kami memaparkan problematika serta tingginya angka kemiskinan di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Sehingga kami menawarkan pemberdayaan masyarakat desa dengan konsep reinventing government sebagai upaya solutif untuk mengatasi hal tersebut”, tutur Irwan, Senin (06/3) di Kampus FH UII.
Konsep reinventing government atau juga dikenal sebagai konsep untuk mewirausahakan birokrasi muncul ketika birokrasi yang ada sudah tidak lagi mampu mewadahi berbagai macam permasalahan yang semakin kompleks, termasuk juga tuntutan pengentasan kemiskinan.
“Oleh karena itu, kami menginisiasi beasiswa pendidikan dan pelatihan entrepreneurship dari pemerintahan desa sebagai implementasi mewujudkan konsep tersebut. Pemerintah seharusnya hadir untuk melayani, bukan minta dilayani”, jelasnya.
Mereka berharap prestasi yang diraih dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi. Bahkan, terus berkarya untuk tetap mengharumkan nama baik institusi.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami, semoga ke depan bisa mempersembahkan lebih banyak prestasi”, pungkasnya.