Asah Kemampuan Menjadi Agen Inovasi
Pribadi yang kreatif selalu menciptakan sesuatu baru yang berbeda. Melahirkan inovasi merupakan kunci untuk mengembangkan potensi diri, terlebih lagi hal ini didukung oleh kemajuan pesat era digital saat ini. Menemukan cara hebat di luar hal biasa atau thinking out of the box mampu temukan pembaharuan maupun gagasan sehingga menghasilkan karya yang inovatif. Terlebih lagi mahasiswa yang merupakan Agen of Change diuntut untuk lebih kreatif dan Inovatif.
Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar talkshow bertema “Inovasi Mahasiswa Tanpa Henti”, pada Sabtu (5/12). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Student Festival (StuFest) 2020, dengan menghadirkan Ketua Laboratorium Mahasiswa (LABMA UII), Mochammad Afifuddin dan Koordinator Divisi Desain Ulil Albab Student Centre (UASC UII), Ghoufron Alveiro.
Mochammad Afifuddin menjelaskan Laboraturium Mahasiswa (LABMA UII) merupakan suatu Lembaga Khusus yang ada di bawah Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII yang bergerak di bidang penelitian dan Pengabdian masyarakat, serupa dengan kelompok studi yang melakukan kajian ilmiah seperti studi literatur, laboratorium, dan kajian lapangan, yang output-nya berupa publikasi artikel ilmiah serta implementasi dari hasil studi sehingga berdampak secara langsung di kalangan masyarakat.
Ia menyebutkan tiga hal yang dapat mendeskripsikan suatu inovasi yaitu learning (belajar), problem solving (menyelesaikan masalah), dan novelty (keterbaruan). Dikutip dari Bill George seorang Nobel Prize Hardvard University yang membagi inovasi menjadi empat hal, pertama basic innovation (inovasi dasar), tanpa mengetahui suatu permasalahan dan peluangnya akan tetapi inovasi muncul, seperti penelitian yang bersifat laboratorium dan dasar sehingga belum ada keterbarun. Kedua Brio innovation, memberi suatu solusi seperti aplikasi penyedia layanan transportasi.
Ketiga, disruptive innovation inovasi inilah yang sering dikembangkan dalam bidang-bidang teknologi yang menjadikan hidup seseorang lebih mudah, seperti aplikasi penyedia layanan pesan antar makanan, logistik dan pembayaran. Keempat, sustaining innovation yaitu bagaimana suatu inovasi akan tetap terus bertahan meskipun ada permasalahan-permasalahan yang sangat pesat.
Selain aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah nasional, LABMA juga memenangkan juara 1 karya tulis ilmiah, sekaligus meraih kategori Best Innovation di Festival Ilmiah Mahasiswa. Kegiatan conference tingkat nasional dan internasional juga aktif diikuti anggota LABMA UII. Salah satunya kegiatan yang diikuti Mochammad Afifuddin pada Autum School di Departemen Neuroscience Oxford University. Kegiatan lainnya yaitu program pengabdian masyarakat yang diadakan di daerah Aceh Timur dan National Social Project di sembilan daerah yang tersebar di Indonesia.
“kalau ingin menciptakan suatu perubahan ataupun menjadi manusia yang diinginkan tuhan, prinsipnya adalah belajar untuk belajar. Belajarlah dari teman dekatmu, belajarlah dari gurumu, belajarlah dari lawan-lawanmu, dan belajarlah dari dirmu sendiri. Karena pada nantinya prinsipnya itu bukan tentang hasilnya tetapi prosesnya. Oleh karena itu luruskan niat, sempurnakan proses dan syukuri hasilnya,” pesan mahasiswa kedokteran itu.
Ghoufron Alveiro mengenalkan, Ulil Albab Student Centre (UASC UII) merupakan tim riset yang fokus pada kendaraan elektrik (mobil formula) yang menggunakan komponen-komponen elektrik yang didorong menggunakan motor listrik dan baterai. Selain itu pengembangan skuter listrik yang dikonversikan menggunakan motor elektrik. yaitu juara 3 pada kategori percepatan, kecepatan dan parkir di KMLI 2019 serta juara 2 akselerasi, Juara 3 Business Plan, Juara 3 Skidpad di IIMS 2019.
Mahasiswa Teknik Industri ini mengibaratkan inovasi seperti pohon yang diperlukan akar dan batang yang kuat dan dipenuhi oleh prinsip-prinsip dasar. Fotosintesis pada pohon diibaratkan sebagai tahapan berproses, akan tetapi selain sinar dari matahari memberikan panasnya terik, sinar ini juga memberikan energi yang membantu dalam proses fotosintesis tersebut, yang berguna karena setiap keberhasilan pasti didahului oleh kegagalan. Sama halnya merangkai mobil listrik, banyak sekali kendala-kendala, pasti ada temuan jalan keluarnya dan solusi untuk ke depannya, sehingga menjadi buah inovasi dari proses tersebut.
Adapun inovasi yang ingin dikembangkan oleh tim mobil listrik adalah IoT (internet of things) dibidang telemeteri yaitu suatu sistem atau tekonologi yang melakukan pengukuran atau memberi informasi kepada driver mobil listrik, seperti interface di speedometer dengan memasang sensor di roda guna mengetahui kecepatannya.
“Kenapa kita mau mengembangkan IoT ? karena saat ini adalah zaman industry 4.0 yang semua terhubung dengan koneksi. Untuk ke depannya kita berharap yang akan kita inovasikan adalah penggunaan Autonomous. Serupa dengan di Tesla atau mobil listrik, ada yang namanya Autopilot, inilah salah satu penerapan sistem dari Otonomus, dengan menggunakan banyak sensor sehingga mampu menyetir sendiri tanpa awak,” paparnya.
Ghoufron Alveiro berpesan untuk terus mengorientasikan segala perbuatan agar menjadi amal jariyah bagi kita. “Yang bisa kita lakukan saat ini adalah kalau misalkan kita membuat sebuah produk, atau sebuah gagasan yang inovatif berharap menjadi amal jariyah. Produk kita apakah itu bisa berguna bagi masyarakat sekitar dan secara tidak langsung kita akan mendapatkan pahala yang mengalir dengan produk kita yang bermanfaat,” tutupnya. (HA/RS)