Arsitektur Berperan Kembangkan Pembangunan Berwawasan Ekologi

Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) menyelenggarakan Musyawarah nasional (Munas) ke enam di Hotel Alana Yogyakarta pada Selasa (11/7). Dalam press conference yang yang dibuka oleh Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI selaku Sekertaris Aptari sekaligus Wakil Rektor I UII dijelaskan pada dasarnya Munas keenam ini juga sekaligus acara pergantian kepengurusan sebelumnya.

Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI kemudian menambahkan bahwa pada dasarnya ilmu arsitek adalah ilmu yang erat kaitanya dengan kesadaran ekologi, sosiologi, dan politik. “Berhubungan dengan kesadaran ekologis karena ke depannya para akademisi di bidang arsitektur harus peka bahwa alam ini memiliki daya tampung terbatas, sehingga peran arsitek ke depan sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan antara alam dengan penghuninya”, paparnya.

Selanjutnya terkait kesadaran sosiologis, ia juga menjelaskan bahwa setiap manusia pasti memiliki hubungan sosial dan hubungan alam. Di sinilah peran arsitek untuk kembali mengatur keseimbangan sosial di masyarakat.

Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA.,IAI mengungkapkan bahwa munas dilaksanakan untuk menyelesaikan program yang perlu diestafetkan oleh pengurus baru nantinya. Contohnya, bagaimana memangkas kesenjangan antara standar internasional dengan standar yang diterapkan di Indonesia. Selain itu APTARI juga membicarakan bagaimana pengembangan keilmuan arsitektur bisa terus ditingkatkan.

Munas yang berlangsung khidmat ini dihadiri oleh banyak akademisi dari berbagai universitas.  Turut hadir Dr. A. Adib Abadi (ITB) selaku Ketua Aptari periode 2013-2016, Prof.Yandi Andri Yatmo, S.T., M.Arch., Ph.D (UI) selaku Ketua Aptari periode 2017-2020. Ir. I. Gusti Ngurah Antaryama Ph.D (ITS) dan Aswin Indraprastha ST,MT,Ph.D (ITB).

Sementara itu, Prof. Yandi Andri Yatmo, S.T., M.Arch., Ph.D (UI) selaku ketua Aptari periode 2017-2020 mengatakan Munas merupakan media untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran guna mendapatkan persamaan persepsi. Munas juga untuk membangun hubungan komunikasi guna perkembangan arsitektur di Indonesia.

Ia juga menambahkan bahwa Munas ini juga bertujuan untuk mengkaji Rancangan Undang-Undang (RUU) arsitektur yang tengah diujikan di DPR hari ini. “Kami ingin dengan adanya UU arsitek, berbagai hal terkait arsitektur bisa lebih kuat dan terjamin, karena di ASEAN sendiri hanya Indonesia yang belum memiliki UU tentang arsitek”. Tukasnya.

Dijelaskan olehnya bahwa kehadiran ilmu arsitektur di era modern ini mau tidak mau harus juga mampu bergandengan dengan hal-hal yang berbau politik seperti proyek dan lain sebagainya. “Oleh karena itu, kami di sini senantiasa berusaha untuk mampu melahirkan arsitek-arsitek yang memiliki pertanggung jawaban moral untuk menjaga lingkungan sosialnya”, pungkasnya.

Save

Save