Apoteker UII Siap Berkompetisi di Era Industri 4.0
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia (UII) kembali melaksanakan pengambilan sumpah apoteker untuk periode XXXII. Bertempat di Auditorium Abdulkahar Muzakkir UII, Kamis (21/3), sebanyak 63 Apoteker baru diambil sumpanya. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya berhasil meraih predikat cum laude, dengan IPK tertinggi 3, 92 diraih Levia Chitra Dewi.
Komite Farmasi Nasional (KFN), Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt. menyampaikan bahwa banyak tantangan yang akan dihadapi para apoteker baru, seperti munculnya era revolusi industri 4.0 yang memerlukan persiapan pribadi dan profesi untuk menghadapinya.
Disampaikan Nurul Falah, persaingan dengan tenaga kesehatan asing yang masuk ke Indonesia dan perang inovasi dalam bidang IT, juga menjadi tantangan dalam pelayanan dunia kesehatan.
“Kekurangan SDM, problematika dalam pelayanan kesehatan, masalah penyalahgunaan dan peredaran obat yang ilegal dan tuntutan masyarakat yang tinggi akan kualitas pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan,” ungkapnya.
Menurut Nurul Falah, untuk menghadapi tantangan tersebut apoteker harus memiliki bekal yang istimewa. Salah satunya adalah SIAP (Skill, Innovation, Attitude, and Professional).
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. menuturkan berdasarkan data Kemenkes, jumlah industri farmasi di Indonesia masih sangat sedikit yakni hanya mencapai 214 perusahaan dengan total penduduk mencapai 257 juta jiwa. Oleh karenanya apoteker yang baru saja dilantik harus bisa memberikan solusi yang invoatif, dan menjadi angin segar bagi industri farmasi di Indonesia.
“Jadilah seorang apoteker yang totalitas, yang kaffah, yang tidak setengah-setengah. Apoteker yang tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang telah ditanamkan UII. Apoteker yang keberadaannya selalu membawa kebaikan,” paparnya.
Sementara Ketua Program Studi Profesi Apoteker UII, Dr. Farida Hayati, M.Si., Apt. mengatakan era Industri 4.0 tidak hanya menuntut tingginya profesionalisme kerja apoteker, tetapi juga kecerdasan pemanfaatan teknologi dan kompetensi di bidang sosial.
Disampaikan Farida Hayati, Program Studi Profesi Apoteker UII telah menyiapkan lulusannya melalui proses pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) dan Praktek Kerja di instansi Rumah Sakit, Apotik, Puskesmas, Industri dan Pemerintahan.
“Metode pembelajaran yang digunakan selain memperkuat keilmuan juga mengasah softskill yang dibutuhkan dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Persiapan menghadapi Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) juga dilakukan secara sistematis,” paparnya.
Farida Hayati menambahkan, selama 5 kali pelaksanaan UKAI sumatif, hasil yang diraih dari Apoteker UII kategori baik, dengan rata rata kelulusan di atas 96%. “UKAI merupakan tantangan bagi pendidikan tinggi farmasi untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya agar dapat menghasilkan lulusan apoteker yang kompeten, terangnya. (DR/RS)