Aplikasi IoT di bidang Perternakan dan Pertanian
Pertanian dan perternakan merupakan sektor penting perekonomian Indonesia. Namun perkembangan di bidang tersebut masih kurang efektif dalam memanfaatkan beberapa teknologi di era modernisasi yang terus berkembang pesat. Hal ini menjadi tantangan global yang harus dilalui masyarakat.
Berkembang pesatnya teknologi informasi berbagai bidang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin bertambah banyak. Peranan tersebut dapat memberikan peluang baru untuk memudahkan dan memajukan di berbagai sektor bidang tersebut. Merespon hal ini, Program studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri UII menyelenggarakan Webinar yang bertajuk “Aplikasi IoT di bidang Perternakan dan Pertanian”.
Webinar tersebut diselenggarakan secara daring melalui Zoom meeting pada Kamis (15/4). Kegiatan ini bersifat wajib untuk kelas Perancangan Sistem Elektronis (PSE). Webinar menghadirkan dua pemateri inspiratif, yaitu Dosen Perternakan UGM dan Owner PT. Integrasi Teknologi Unggas BroilerX.com, Ir. Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc., dan alumni UII dan Chief Operating Officer PT. MSMB, Binar Perdana Putra.
Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni Fakultas Teknologi Industri UII, Dr. R.M. Sisdarmanto Adinandra, S.T., M.Sc. dalam sambutannya berharap acara webinar ini dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa baik PSE maupun non PSE, sejauh mana karya bangsa di bidang IoT yang sudah berkecimpung dalam dunia bisnis.
Ia juga berharap kontribusi yang diberikan alumni Program Studi Teknik Elektro dapat memantik diskusi dan menebar informasi terkini terkait bidang IoT yang tidak hanya digunakan dalam dunia perkuliahan, tetapi juga ketika lulus dapat berkecimpung dalam dunia IoT, mewujudkan Teknik Elektro lebih berkualitas kedepannya.
Sementara Binar Perdana Putra menyampaikan bahwa masalah yang dihadapi dalam dunia pertanian, seperti perubahan iklim/ cuaca yang tidak terprediksi dapati menyulitkan petani dalam menentukan jadwal tanam, menentukan komoditas terbaik, dan menjaga kesuburan tanah. Hal ini berpengaruh pada penjualan komoditas pertanian dengan harga yang pantas.
Terkait hal tersebut, terdapat teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan petani dengan integrasi agribisnis dan agroteknologi berbasis aplikasi RiTx Bertani. Contoh beberapa aplikasi RiTx, seperti Sistem Pintar Rekomendasi Pemupukan (JINAWI), Sistem Pintar Pengendali Hama (BATHARA), Sistem Pintar Irigasi & Fertigasi (AMERTA), Drone Penyemprot dan Pupuk Presisi (Drone Sprayer), Drone Pemetaan Lahan Presisi (Arial Mapping Drone), Booster & Pupuk Organik Tanaman ( Gro-maxx).
“Setiap 3 bulan kami akan mengevaluasi teknologi-teknologi tersebut untuk mengetahui layak pakai dan meningkatkan layanan dari beberapa aplikasi teknologi tersebut. Aplikasi RiTx Bertani, yakni aplikasi android berbasis teknologi yang berfokus pada pertanian seperti pecatatan dan memilih pedoman budidaya kondisi pertanian sesuai dengan kebutuhan tanaman dan lingkungan,” jelas Binar.
Dalam kesempatan yang sama, Galuh Adi Insani menyampaikan bahwa aplikasi IoT di bidang perternakan, yaitu BroilerX, adalah solusi digital yang terintegrasi dalam meningkatkan efisiensi produksi dalam dunia perunggasan seperti kandang, pakan bibit, dan lain sebagainya. Ia menjelaskan penggunaan teknologi ini seperti halnya skill blantik. Di dalam pasar, skill blantik digunakan sebagai penentu harga pasar. Namun skill blantik umumnya sulit diwariskan karena membutuhkan ketelitian dan praktik yang banyak.
“Dalam hal ini, bagaimana kita melihat skill dari blantik kemudian dijembatani oleh teknologi dan harapannya kedepan aplikasi ini juga dapat menjamin keamanan pangan atau halal sampai kepada konsumen”, jelas Galuh.
Penggunaan Aplikasi IoT pada bidang perternakan dan pertanian menurut Galuh bukan sebagai pengganti manusia tetapi alat bantu. Melalui penggunaan aplikasi IoT diharapkan mampu menjadi fasilitas untuk para petani, dan juga pemerintah dalam mengefisienkan proses dalam dunia industri pertanian dan juga perternakan dari proses produk, distribusi dan juga pemasaran.
“Jangan pernah takut berkembang, bukanlah seberapa canggih suatu teknologi dapat diciptakan namun seberapa bermanfaat alat itu dalam membantu suatu pekerjaan,” terang Galuh. (PN/RS)