Antisipasi Bahaya Sindroma Metabolik dengan Skrining Kesehatan
Skrining adalah serangkaian prosedur atau pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit tertentu pada seseorang. Mencegah lebih baik dari mengobati, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Masalah kesehatan sindroma metabolik masih menjadi momok dalam masyarakat. Tidak terlihat tapi diam-diam menggerogoti tubuh manusia. Hal inilah yang mendorong Tim Bantuan Medis Mahasiswa (TBMM Humerus) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) mengadakan skrining kesehatan di Dukuh Bondalem dan Dukuh Kanutan, Bantul. Melalui kerja sama dengan para kader Posyandu, lebih dari 100 masyarakat mengikuti skrining kesehatan yang terdiri dari pengecekan gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan asam urat pada Sabtu (17/09).
“Sasaran kami adalah orang tua dan berisiko,” jelas Nuridha Ajeng Dinira, Ketua Pelaksana kegiatan. Dia menjelaskan bahwa orang yang berisiko secara umum adalah mereka yang memiliki riwayat keluarga sindroma metabolik. Sindroma metabolik sendiri adalah sekumpulan kondisi tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, lemak tinggi, dan kolesterol tinggi. Kondisi tersebut berbahaya karena akan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Satu minggu sebelum pelaksanaan kegiatan, TBMM Humerus turut melakukan pelatihan pemeriksaan kesehatan kepada para kader Posyandu. Dari pelatihan ini terungkap, ternyata hanya satu di antara delapan orang yang menguasai cara pemeriksaan tekanan darah dan GCU (Glucose, cholesterol, and uric acid) meter. “Harapannya program kami tidak selesai begitu saja, sehingga dapat diteruskan oleh para kader,” jelas Ajeng.
Selama proses pemeriksaan diketahui banyak masyarakat di dua dusun tersebut ternyata menderita sindroma metabolik. Ajeng menjelaskan bahwa sindroma metabolik meningkat risikonya pada orang yang gemar makanan manis dan jarang berolahraga. Kebiasaan merokok, bertambahnya usia, serta riwayat keluarga juga dapat meningkatkan risiko.
Lanjutnya, gejala sindroma metabolik bisa dikenali dengan perubahan tubuh yang mudah lelah, pegal-pegal, sesak nafas, sering buang air kecil, dan kelebihan berat badan. Sebaiknya seseorang berusia lebih dari 45 tahun dengan gejala tersebut segera datang ke dokter untuk skrining kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kapankah Skrining Kesehatan Sebaiknya Dilakukan?
Ajeng menyampaikan bahwa orang berusia lebih dari 45 tahun harus melakukan skrining kesehatan minimal satu tahun. Namun, lebih baik dilakukan tiap tiga bulan sekali terutama bagi orang dengan risiko tinggi. Melihat fakta di lapangan hal tersebut masih sulit dilakukan terutama di daerah pinggiran. Fasilitas kesehatan yang jauh dan harga yang mahal membuat masyarakat semakin tidak bisa menjangkau. “Lewat program ini kami berharap kualitas kesehatan masyarakat meningkat,” jelasnya. TBMM Humerus berencana akan kembali melakukan pelayanan kesehatan pada Desember mendatang. (UAH/ESP)