,

Anies Baswedan: Membangun Kota Humanis yang Berkeadilan

Perkembangan kota-kota modern kian melaju dengan pesat. Mayoritas penduduk ingin hidup di kota karena kemudahan akses terhadap sumber ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Inilah yang menyebabkan 55% penduduk bumi mendiami perkotaan. Perbincangan mengenai perkotaan mejadi topik diskusi dalam kuliah umum dengan bertajuk Masa Depan Kota di Indonesia pada Jumat (13/12) di Auditorium Moh Natsir UII. Narasumber utama yang dihadirkan adalah Gubernur DKI Jakarta, H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D.

Rektor UII, Fathul Wahid, Ph.D berharap kuliah umum ini dapat memberikan inspirasi berdasarkan pengalaman Anies Baswedan mengelola ibu kota negara. Fathul menyinggung permasalahan dan tantangan perkotaan seperti masalah lingkungan, keterbatasan sumberdaya, ketidakadilan, masalah pemerintahan dan bahkan kemajuan teknologi yang semakin menantang.

Sementara, dalam materinya Anies Baswedan menyatakan salah satu hal yang harus dipikirkan adalah mengubah mindset perencanaan kota. Banyak permasalahan yang saat ini timbul karena perencanaan kawasan-kawasan kota yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan di sekitarnya.

Anies melanjutkan dengan mengatakan masalah perkotaan terbagi menjadi masalah lingkungan dan sosial. Ia menceritakan problematika yang menghantui Jakarta adalah eksploitasi berlebihan air tanah sehingga menyebabkan naiknya permukaan air laut dan turunnya daratan Jakarta.

“Sedangkan ketika terjadi hujan dengan volume besar, air tidak dapat meresap ke dalam tanah karena di Jakarta saat ini hanya memiliki 8% ruang terbuka, sedangkan 92% tertutup aspal dan bangunan,” pungkasnya.

Tantangan Kemacetan dan Ketimpangan Sosial

Anies menyebut penyebab ruwetnya lalu lintas dan kemacetan ibu kota adalah karena mindset membangun kota yang keliru. “Kita selama ini membangun kawasan urban dengan pendekatan car oriented development. Sedangkan sektor transportasi umum tidak pernah digarap serius” tegasnya. Hal tersebut berimplikasi pada masyarakat menyelesaikan masalah kendaraannya sendiri.

Ia pun kemudian berupaya mengurai berbagai permasalahan itu. Salah satu yang telah dilakukan melalui penerapan regulasi yang tegas. Ia mencoba untuk menginspeksi penggunaan air tanah oleh para pengusaha yang selama ini tidak terkontrol dan berimplikasi pada penurunan permukaan tanah Jakarta.

Sementara di dalam kehidupan sosial juga masih banyak sekat yang menghalangi interaksi warga kota dari berbagai kelas. Jakarta dikenal dengan tingkat individualis yang sangat tinggi. Ia berkomitmen ingin menciptakan masyarakat Jakarta yang dapat berinteraksi lebih luas antar kelas dan mengurangi ketimpangan sosial. Anies melakukan pembangunan dengan fokus pada kesetaraan.

Presentasi yang ia paparkan, Anies menyampaikan bahwa bahasa Indonesia merupakan rekayasa untuk mempersatukan bangsa. Bercermin dari hal itu, Anies berupaya untuk menciptakan rekayasa untuk memberikan ruang interaksi antar masyarakat yang luas. Rekayasa kota yang diciptakan dengan mengurangi batasan antara golongan masyarakat, sehingga tercipta kebersamaan. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kota yang humanis.

“Problem menjadi urban ada di seluruh Indonesia dan harus dipikirkan secara serius agar tidak menjadi serumit masalah yang ada di Jakarta. Serta pikirkanlah tentang infrastruktur dasar untuk wilayah masing-masing,” pesannya. (NR/ESP)