AIMEP dan UII Diskusikan Keislaman di Indonesia dan Australia
Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan dari delegasi Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) 2023 pada Rabu (27/9), di Kampus Terpadu UII. Sebagai negara Muslim terbesar dunia, komunitas Muslim di Indonesia memiliki identitas unik yang sangat multikultural dan terbuka. Hal ini yang melatarbelakangi AIMEP berkunjung ke Indonesia dan salah satunya ke UII.
AIMEP sendiri merupakan inisiatif people-to-people (antarorang) yang mendekatkan para pemimpin Muslim di Australia dan Indonesia melalui program yang intens dengan pertukaran budaya, sosial, antaragama, dan intelektual. Hadza Min Fadhli Robby, S.IP., M.Sc., dosen Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional (HI) UII, menjadi salah satu partisipan dalam kegiatan pertukaran tersebut.
Kedatangan 11 delegasi AIMEP 2023 ke kampus UII kali ini didampingi oleh Second Secretary (Public Diplomacy), Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Amanda Panayoutou, Project Officer, Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Sulis Indiarto serta Rowan Gould selaku koordinator AIMEP.
Mengawali agenda ke kampus UII, delegasi AIMEP diajak berkunjung ke museum UII yang berda di Gedung Moh. Hatta untuk melihat lebih dekat sejarah perjalanan kampus. Selanjutnya, delegasi AIMEP juga berkesemapatan melihat secara lansung warisan budaya berupa Candi Kimpulan. Kegiatan di kampus UII dilanjutkan dengan diskusi bersama civitas akademika di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengucapkan selamat datang kepada segenap delegasi AIMEP dan rasa bahagia UII sebagai salah satu lokasi kunjungan. “Kami sangat berbahagia untuk menyambut kedatangan Anda di sini, di Universitas Islam Indonesia, pionir pendidikan tinggi di Indonesia. Sebagaimana yang mungkin Anda sudah perhatikan di museum, kampus kami didirikan 40 hari sebelum kemerdekaan negeri ini di Jakarta oleh para pendiri bangsa,” ungkapnya.
Selain itu, Rektor menyampaikan sejarah UII serta semangat menghormati perbedaan yang senantiasa dipertahankan hingga hari ini. “UII ibaratnya merupakan tenda yang besar. Di sini kami menghormati satu sama lain di antara keberagaman pemahaman keislaman. Bisa Anda sebut: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, PUI (Persatuan Umat Islam), serta organisasi-organisasi keislaman yang baru dan merasa nyaman untuk menjadi bagian keluarga besar UII,” tuturnya.
Prof. Fathul Wahid juga mengemukakan harapan universitas agar menjadi lebih inklusif ke depan. “Bahkan tidak hanya terbatas bagi saudara-saudara Muslim, namun juga bagi saudara-saudari kami dari agama lain. Hingga kini, Anda bisa menemukan mahasiswa dari Kristen, Hindu, Buddha, hingga Konghucu, dan mereka merasa nyaman untuk belajar di sini. Dan itu menjadi salah satu yang kami banggakan,” tutupnya.
Lebih lanjut, Amanda Payoutou mengungkapkan terima kasih atas penyambutan delegasi AIMEP di Universitas Islam Indonesia. “Saya percaya kegiatan kita pada hari ini akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi para delegasi AIMEP serta akan membawakan pemahaman tentang Islam di Indonesia,” ucapnya.
Dalam sesi diskusi, para peserta berkesempatan saling bertukar perspektif mengenai isu yang kaitannya dengan Islam di Australia dan Indonesia, mulai dari pendidikan, politik, sosial budaya, hingga bisnis. Dari UII hadir dalam diskusi Sekretaris Eksekutif, Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A., Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A..
Selain itu juga tampak hadir Kepala Divisi Kemitraan Luar Negeri, Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M.Eng., Ketua Prodi Akuntansi Program Magister, Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D., serta Ketua Prodi Hubungan Internasional (HI), Karina Utami Dewi, S.I.P., M.A., Direktur Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII yang juga dosen Prodi HI UII, Hadza Min Fadhli Robby, S.IP., M.Sc., serta sejumlah perwakilan mahasiswa UII. (JRM/RS)