,

Kurikulum ASEAN Perlu Diintegrasikan Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Semakin terintegrasinya Indonesia ke dalam kawasan ASEAN perlu diimbangi dengan edukasi nyata kepada masyarakat tentang pentingnya hal itu. Kesadaran akan proses integrasi ini belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Padahal tidak sedikit manfaat yang bisa dipetik dengan memahami proses integrasi Indonesia ke dalam ASEAN. Oleh karena itu, salah satu jalan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan meningkatkan pemanfaatan skema integrasi kawasan ini adalah melalui pendidikan.

Demikian disampaikan pengamat Hubungan Internasional UII, Enggar Furi Hardianto S.IP., MA. Menurutnya, ketidaksiapan menghadapi integrasi ASEAN dapat memiliki dampak yang serius. “Ketidaktahuan ini selain memberikan kerugian akan potensi pengembangan pasar, juga akan memberikan kerugian berupa ketidaksiapan dalam menghadapi masuknya persaingan dari negara-negara tetangga. Hal ini dapat dilihat dari mulai banyaknya perusahaan-perusahaan negara tetangga yang sudah mulai mengekspansikan sayap usahanya ke negara kita”, ungkapnya.

Ia menilai, dampak paling besar dapat dirasakan oleh kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang lebih banyak memfokuskan diri ke pasar nasional ataupun pasar negara partner dagang tradisional Indonesia. “Sedangkan perusahaan-perusahaan besar Indonesia cenderung lebih sadar, mengingat mereka telah memiliki persiapan yang lebih matang dan lebih siap dalam memanfaatkan skema yang ada”, tambahnya.

Integrasi Melalui Sistem Pendidikan Nasional

Oleh karena itu ia menilai pendidikan merupakan sektor krusial dalam mendorong peningkatan pemahaman masyarakat tentang integrasi ASEAN, terutama bagi generasi muda. “Kita dapat mengacu pada ASEAN Curriculum 2012 yang digariskan oleh Sekretariat ASEAN sebagai pedoman bagi tenaga pengajar dalam memperkenalkan konsep ASEAN kepada siswa-siswa di tingkat pendidikan dasar maupun menengah”, ujarnya.

Integrasi ASEAN Curriculum ke dalam kurikulum sistem pendidikan nasional menjadi penting dan perlu dilakukan. “Pemanfaatan pembelajaran tematik integratif sendiri memberikan keuntungan bagi proses integrasi ASEAN Curriculum ke dalam sistem kurikulum pendidikan nasional. Materi-materi pengenalan ASEAN dapat mulai diperkenalkan melalui pembelajaran IPS atau bahasa, misalnya”, jelas pria yang sehari-hari mengajar di Program Studi Hubungan Internasional UII itu. Dengan begitu, guru tidak perlu menyediakan slot tambahan mata pelajaran khusus bagi penyampaian materi ini.

Meski demikian, ada beberapa catatan yang ia garisbawahi dalam proses adopsi ASEAN Curriculum ini. “Pertama, wawasan tenaga pengajar mengenai ASEAN perlu ditingkatkan, mereka perlu mendapatkan pelatihan untuk mengajarkan level pemahaman regional kepada para siswa. Tidak kalah pentingnya ketersediaan literatur mengenai ASEAN. Dan yang terakhir, adanya iktikad dari pemerintah untuk mendorong perwujudan adopsi ASEAN Curriculum”, tukasnya.

Walaupun ASEAN Curriculum diresmikan di Indonesia pada 2012, bukan berarti secara otomatis pemerintah Indonesia mendorong implementasinya secara meluas di sistem pendidikan nasional. Hal ini terbukti dari sosialisasi ASEAN yang hanya sampai tingkat workshop ataupun seminar, dan tidak ada indikasi pengenalan lebih mendalam, terutama ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.