Wisudawan UII Diharapkan Dapat Memaknai Transisi Kehidupan
Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar wisuda jenjang Doktor, Sarjana, dan Diploma Periode III Tahun Akademik 2024/2025 pada Sabtu-Minggu (25-26/01) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir UII. Pada periode kali ini, UII mewisuda 713 lulusan terdiri dari 4 doktor, 73 magister, 615 sarjana, 20 sarjana terapan, serta 1 ahli madia. Sampai saat ini tercatat lebih dari 130.645 alumni UII telah berkiprah dalam berbagai peran baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Rektor UII Fathul Wahid dalam amanahnya berbagi beberapa pelajaran dan refleksi yang diambil dari Buku Life is in the Transitions karya Bruce Feiler (2021) yang mengajarkan kehidupan yang penuh dengan transisi yang dapat membentuk identitas dan pengalaman hidup.
“Transisi bersifat universal alias bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Transisi terjadi pada setiap orang, baik dalam bentuk perubahan karier, hubungan, kesehatan, atau bahkan identitas pribadi. Hari ini juga bisa menjadi bagian transisi dari hidup Saudara, dari status menjadi mahasiswa bertransisi menjadi alumni. Tantangan bergeser, tannggung jawab berubah, dan strategi untuk menghadapinya pun berbeda,” ungkap Fathul Wahid.
Di hadapan wisudawan baru, Fathul Wahid menegaskan transisi hidup sering kali mengandung ketidakpastian, tidak apa-apa jika kita belum memiliki jawaban untuk ketidakpastian. Alih-alih menghindarinya, kita didorong untuk menerima ketidakpastian sebagai bagian dari proses eksplorasi atau menemukan jalan baru.
“Transisi adalah sebuah perjalanan. Karena itu, kita disarankan untuk menghargai proses dalam transisi dan tidak hanya berfokus pada hasil akhir,” pesan Rektor.
Di tempat yang sama, wakil alumni Aulia Taufani, S.H. berpesan kepada wisudawan UII untuk cermat menganalisa kekuatan dan hambatan yang ada, berani mengambil keputusan, berintegritas dan bersikap tawakal. Aulia juga menambahkan kepada wisudawan untuk terus belajar, berpikir, dan berzikir sebagai insan Ulil Albab, serta tak lupa untuk terus hati-hati dalam bersikap.
“Iman, Islam dan Ikhsan justru membekali diri untuk semakin tawaddu bahwa betapa luasnya ilmu yang belum dikuasai dan dikembangkan. Untuk itu jangan makna wisuda sebagai waktu penanda puncak kecerdasan tetapi sebagai penanda dimulai petualangan seorang mu’min untuk menuntut ilmu dalam mencapai rahmatan lil’alamiin,” pesannya.
Sementara itu di hadapan wisudawan, wakil alumni UII Apt. Fajar Prasetya, M.Si., Ph.D mengutip Surah Ali ‘Imran ayat 190-191 menjabarkan karakter insan ulil albab yang senantiasa ingat kepada Allah dalam keadaan apapun.
“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”. Setelah itu, insya Allah, kita akan dapat mencapai derajat khoirunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain dan menjadi pribadi yang rahmatan lil a’lamin, yang menyampaikan dan membawa keselamatan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraan bagi seluruh alam,” tutur Associate Professor of Pharmacology Universitas Mulawarman Samarinda ini. (AHR)