,

UII dan Istabul Foundation for Science and Culture Jalin Kerja Sama

Universitas Islam Indonesia (UII) terus memperkuat jejaring kerjasama internasional dengan berbagai lembaga maupun universitas dari berbagai negara. Kali ini, UII bersama dengan Istanbul Foundation for Science and Culture menjajaki kerjasama yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada Selasa (26/11) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Secara spesifik kerja sama ini diproyeksikan untuk menjalin kemitraan pada bidang penguatan manajemen akademik, kolaborasi riset, pertukaran mahasiswa, fasilitasi mahasiswa internasional, dan penguatan bidang administrasi lainnya.

Ketua Tim Pelaksana, Dr. Mukhsin Ahmad, S.Ag., M.Ag mengatakan tema seminar internasional diangkat karena antara Turki dan Indonesia memiliki kesamaan sekaligus perbedaan. Kesamaan yang dimaksud adalah keduanya sama sama ingin melakukan politik kebangsaan sebagai kekuatan pemersatu warga negara dari Islamisme yang memiliki potensi kecenderungan disitengrasi dalam berbangsa dan bernegara.

“Perbedaannya kalau di Turki, Mustafa Kemal Attatturk mengambil pilihan dari negara islam menjadi “negara sekuler”, sedangkan di Indonesia dari negara yang mendasarkan dasar negara Pancasila dari sila Pertama Pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa dengan menjalankan syariat bagi yang beragama Islam menuju tanpa tujuh kata yakni hanya ketuhanan yang maha esa, karena tujuh kata tersebut berpotensi menimbulkan disintegrasi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.

Ia menambahkan setelah “Islamisme” menjadi pilihan yang tidak ideal dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, maka post-Islamisme ini menjadi arah baru bagaimana Indonesia dan turkey menemukan bentuk peradaban baru yang lebih cocok untuk mengemas dan mengakomodasi bagaimana kekuatan agama dan negara ini sebagai symbiosis mutualisme yang saling mendukung satu sama lain.

“Agama butuh negara sebagai wadah mewujudkan ekspressi keberagamaan, sedangkan negara butuh agama tentu sebagai basis moral dalam penyelenggaraan berbagnsa dan bernegara. Untuk itulah seminar nasional ini digelar dengan harapan bisa menemukan arah (trajectory) peradaban baru politik Islam ke depan dalam rangka memperkuat fondasi nalar politik yang lebih humanis dan kosmopolit,” tambah Dr. Mukhsin.

Fathul Wahid, selaku Rektor UII menyambut baik kegiatan ini karena membawakan tema yang menarik karena semakin banyaknya persoalan global sangat bervariasi seperti konflik dimana-mana, perubahan iklim yang luar biasa, dan kekurangan energi yang terjadi pada banyak tempat, kelaparan, dan lain sebagainya

“Pertanyaanya adalah, bagaimana Islam bisa hadir dan menjadi bagian dari solusi masalah tersebut. Dalam dunia politik juga demikian, bagaimana ajaran Islam hadir memberi solusi. Kita menyambut bai kapa yang dilakukan di banyak tempat dimana dilakukan kontekstualisasi ajaran Islam,” terang Rektor UII ini.

Fathul Wahid menerangkan bahwa agama harus bisa terlibat aktif dalam memecahkan masalah-masalah kemanusiaan kontemporer. Sehingga, agama tidak lagi hanya sebatas doktrin personal tapi juga menjadi bagian dari solusi masalah nyata di lapangan.

“Tantangan banyak sekali, sehingga diperlukan inovasi pemikiran mulai dari bagaimana menerjemahkan dalam konteks yang berbeda sampai dengan kemungkinan mencoba menafsirkan ulang pemikiran klasik untuk dibawa ke masa kini,” tambah Fathul Wahid.

Kegiatan yang diinisasi oleh Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Fakultas Hukum (FH), dan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII ini juga menghadirkan seminar internasional yang mengangkat tema “Post-Islamism: A New Political Civilization in Indonesia and Turkey” dengan mengundang narasumber yang mumpuni di bidangnya  meliputi, Hasbi Zen, M.Hum  sebagai editor Pembina Yayasan Nur Semesta. Dr. Suwarsono Muhammad, M.A sebagai Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UI. Hadza Min Fadhli Robby sebagai Dosen Program Studi Hubungan Internasional. Ahmad Saad Ahmad Al-Dafrawi Dosen Hukum Privat FH UII., Said Yuce sebagai Presiden dari Istanbul Foundation For Science and Culture. (AHR/RS)