UII Gelar Webinar Sosialisasi Pengajuan ISBN
Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan webinar sosialisasi tentang pengajuan International Standard Book National (ISBN) khusus untuk terbitan perguruan tinggi pada Selasa 29/10. Webinar menghadirkan Koordinator Pengembangan dan Pengawasan Bibliografi, BIN, dan KIN di Perpustakaan Nasional, Ratna Gunarti, S.Sos. sebagai pembicara. Kegiatan webinar ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang prosedur dan pentingnya ISBN bagi publikasi perguruan tinggi.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si. dalam sambutannya menyampaikan bahwa menerbitkan buku merupakan kewajiban dosen seperti yang tercantum dalam perundang-undangan dosen guru, salah satunya membuat buku ajar bagi mahasiswa. “Untuk itu, kita dari UII harus serius agar dosen kita semakin banyak menerbitkan banyak buku, tidak hanya dalam segi kuantitas namun juga kualitas” tutur Prof. Jaka Nugraha.
Mengawali paparannya, Ratna Gunarti menjelaskan secara singkat bahwa ISBN merupakan pengenal atau identifikasi internasional yang bersifat unik untuk publikasi monograf (buku). ISBN memiliki struktur yang terdiri atas lima ruas, yaitu GS1 element, registration group element, registrant element, publication element, dan check digit. Ia juga menjelaskan bahwa rentang block number ISBN yang dialokasikan untuk Indonesia secara global terdiri dari 13 digit. Namun, blok ini ditentukan internasional tergantung nama negara, wilayah, atau kesamaan bahasa yang diberikan oleh international.
Lebih lanjut disampaikan Ratna Gunarti, penggunaan registrant element di Indonesia memiliki peningkatan hingga Perpusnas menerima tinjauan. Dengan kapasitas maksimum 1 juta ISBN untuk masing-masing kelompok, pada tahun 1986-2003, terdapat 979 registrant element dengan alokasi 13.510 ISBN, periode 2003-2018 memiliki 602 registrant element dan 24.607 ISBN, sedangkan periode 2018-2024, jumlah registrant element meningkat menjadi 623 dengan alokasi 15.974 ISBN, hingga periode 15 Oktober 2024 dengan 634 registrant element belum ada alokasi ISBN yang digunakan. Data ini menandakan perkembangan kebutuhan ISBN di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Ratna Gunarti menyampaikan bahwa perpusnas harus lebih selektif dalam memberikan ISBN terhadap karya-karya yang diajukan. Tidak semua buku dapat memiliki ISBN, ada syarat-syarat yang harus terpenuhi seperti halnya dapat disebarluaskan dan diakses secara umum.
Poin penting disampaikan juga oleh Ratna Gunarti, bahwa setiap universitas dihimbau untuk memiliki single account. Di mana sebuah lembaga hanya memiliki satu pintu pengurusan ISBN dengan tujuan untuk mengefektifkan penggunaan rentang nomor ISBN dalam satu registrant element terpusat, dan mengkoordinir terbitan dalam lingkup lembaga tersebut, dan salah satunya UII. (NDW/AHR/RS)