Arsip Moeseoem Pers Jogjakarta Dipamerkan di UII

Sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan miladnya yang ke-20, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Pameran Arsip Moeseoem Pers Jogjakarta pada 26 Juni hingga 16 Juli 2024, di Gedung Moh. Hatta Kampus Terpadu UII.

“Ada tiga momen yang terbingkai dalam satu wadah acara ini. Sebelumnya, memang sengaja seremoni peluncuran buku Mas Ading (sapaan akrab Prof. Masduki red.) setelah pidato pengukuhan profesor tadi dibarengi dengan pameran pers. Kemudian secara kebetulan Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) menginjak usianya yang ke 20 tahun,” tutur Prof. Fathul Wahid, Rektor UII dalam sambutannya.

Selanjutnya, Prof. Masduki naik ke podium untuk memaparkan karyanya yang diberi judul Negara, Media dan Jurnalisme di Indonesia Pasca-Orde Baru. “Buku ini juga merupakan kejutan, karena saya tidak menuliskan sesuatu yang baru, melainkan kumpulan tulisan di facebook, artikel ringan, koran, dan catatan pribadi saya selama 10 tahun terakhir,” terang profesor bidang media dan jurnalisme FPSB itu.

Ia menjelaskan, pembicaraan tentang negara menjadi permulaan untuk dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai media, kemudian jurnalisme dan Indonesia ‘kemarin’ yang bisa dicoba untuk dicari sari patinya. Rektor UII mengilustrasikan isi buku tersebut dengan kisah perlawanan Daud kepada Jalut atau dalam riwayat lain, David melawan Goliath. Sebuah majas yang menggambarkan bahwa buku yang kecil itu menyasar pihak-pihak lebih besar yang ada di atas.

Dalam pameran bersama Anang Saptoto yang seorang seniman, Prof Masduki mengangkat isu disrupsi digital menjadi topik utama, disusul dengan pers yang mengalami break down. “Tapi sesungguhnya di manapun itu di seluruh dunia, pers cetak mewarisi yang namanya heritage tentang quality journalism dan KR adalah contoh media yang memiliki segmen-segmen sejarah yang penting untuk kita lihat ulang,” ungkapnya

Pameran yang mulai dibuka pada siang hari ini menarik antusias para pengunjung, nampak dari penuhnya venue di setiap sudut lokasi pameran. Tidak hanya civitas academica, tampak hadir di antaranya para seniman, aktivis, insan pers, dosen, dan mahasiswa. Pameran menampilkan sejarah perjalanan media KR yang digandeng untuk menggaungkan kembali suara pers yang terpendam. (NS/AHR)