Apoteker UII Siap Berikan Layanan Kesehatan yang Unggul dan Prima
Meredanya pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan untuk berhenti menjaga kesehatan. Pascapandemi, kesehatan justru perlu semakin diperhatikan. Apoteker sebagai drug informer punya peran penting melayani masyarakat untuk mendapatkan edukasi tentang obat yang tepat. Pandemi tidak hanya memberikan pelajaran berupa tingginya tuntutan profesionalisme kerja apoteker tapi juga kecerdasan pemanfaatan teknologi dan kompetensi di bidang sosial. Seorang apoteker harus pintar mengambil peluang inovasi, cepat memprediksi perubahan dan memiliki digital skill.
Seperti disampaikan Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia (PSPA UII) dalam rilisnya, Dr. Farida Hayati, M.Si dalam acara sumpah apoteker yang diadakan di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir pada Selasa (21/3). Sumpah apoteker tersebut dihadiri 71 apoteker baru.
“PSPA UII terus menyiapkan lulusannya melalui proses pembelajaran dengan metode Case Based Learning (CBL) dan praktek kerja di instansi rumah sakit, apotek, PBF, puskesmas, industri, dan pemerintahan. Metode pembelajaran yang digunakan selain memperkuat keilmuan juga mengasah softskill yang dibutuhkan dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Persiapan menghadapi Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) juga dilakukan secara sistematis,” terangnya.
Ia juga berbangga karena PSPA UII telah terakreditasi unggul dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes). Periode sumpah kali ini menurutnya menggembirakan sekaligus membanggakan, karena predikat akreditasi unggul yang diperoleh dan kelulusan UKAI yang tinggi pada periode terakhir.
Ditambahkan Farida Hayati, terdapat dua lulusan terbaik yang mendapatkan predikat cumlaude yakni apt. Era Ayuk Adistia, S.Farm. dan apt. Novita Ayu Wardhany, S.Farm. yang mendapatkan apresiasi berupa pin emas dan CDC Award. Pin emas merupakan bentuk apresiasi dari UII atas prestasi yang telah dicapai.
Sedangkan CDC Award berupa trofi dan hadiah sebesar Rp 1.500.000,- merupakan apresiasi dari PT. Catur Dakwah Crane Farmasi, salah satu mitra PSPA UII yang peduli terhadap bidang pendidikan apoteker. Selain itu, PSPA UII juga memberikan penghargaan kepada peraih nilai UKAI tertinggi yang pada periode ini diraih oleh apt. Era Ayuk Adistia, S.Farm. dengan capaian nilai 90,50.
Secara keseluruhan PSPA UII juga meluluskan 21 lulusan dengan predikat cumlaude. PSPA UII berkomitmen menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan kemampuan akademik yang kompeten, serta softskill yang mendukung untuk berkiprah di bidang kefarmasian.
Ditegaskan Farida Hayati, dengan kurikulum baru PSPA tahun 2022, proses pembelajaran semakin didominasi praktik yang dilengkapi dengan penyelesaian kasus riil kefarmasian. “Keunggulan kurikulum PSPA UII adalah di bidang Promosi Kesehatan serta adanya Interprofessional education (IPE) dalam proses pembelajaran. Kolaborasi antar tenaga kesehatan perlu dipupuk sejak masa pembelajaran melalui IPE. Saat ini untuk pelaksanaan IPE, PSPA telah menggandeng Fakultas Kedokteran UII dan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebagai mitra,” tutupnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si. selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset menyatakan sebagai dampak pandemi, permintaan sektor kesehatan yang meliputi vitamin, suplemen, dan obat peningkat kekebalan tubuh mengalami peningkatan.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga tahun 2021 terdapat 241 industri pembuatan obat-obatan, 17 bahan baku obat-obatan, 132 obat-obatan tradisional, dan 18 industri ekstraksi produk alami. Ekspor produk farmasi hingga saat ini telah tersebar di beberapa negara, diantaranya Belanda, Inggris, Polandia, Amerika Serikat, dan sebagian besar negara-negara ASEAN.
“Apoteker baru UII harus bisa memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia. Saudara dituntut untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menyongsong persaingan yang semakin ketat. Persaingan dunia farmasi saat ini semakin terbuka lebar, saudara harus menjadikan hal ini sebagai peluang dan tantangan yang harus dipersiapkan dengan baik, ditambah kondisi dunia telah berubah dengan adanya pandemi covid-19,” jelasnya.
Terakhir, perwakilan Konsil Kefarmasian Indonesia, Dr. apt. Azrifitria, M.Si menjabarkan akronim SIAP (Skill, Innovation, Attitude, and Professional). “Skill artinya seorang apoteker harus bisa mengasah kemampuan, dan meningkatkan keterampilan dengan berbagai media. Innovation berarti harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, dan memiliki inovasi dalam berkarya. Attitude bermakna harus memiliki budi yang luhur, dan professional memiliki makna bahwa seorang apoteker dalam melaksanakan praktik kefarmasian harus bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab, dan mengedepankan etika legal,” jelasnya.
Acara Sumpah Apoteker PSPA UII juga dihadiri oleh perwakilan Pengurus Pusat (PP) Ikatan Apoteker Indonesia, apt. Arief Sidharta Buana, S.Si., perwakilan Dinas Kesehatan Yogyakarta, Rahmad Dwi Suryanto, SKM, M. HKes., serta pimpinan di lingkungan UII. (AD/ESP)