Habib Ja’far Menjawab Problematika Generasi Z
Departemen Dakwah Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (DPPM LEM FH UII) menyelenggarakan Diskusi Akademik “Problematika Generasi Z” di Auditorium Lt. 4 Gedung FH UII pada Rabu (30/11). Diskusi ini menghadirkan Habib Husein Ja’far Al-Hadar (Penulis, Pendakwah, dan Content Creator Dakwah Islam) sebagai Pemateri dan Ahmad Sadzali, Lc., M.H. (Dosen FH UII) sebagai moderator.
Dekan FH UII, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. dalam sambutannya menyampaikan bahwa generasi Z adalah generasi yang usianya rentang dari 9-26 tahun. Generasi Z memiliki beberapa ciri-ciri: Pertama, biasanya mahir dalam menggunakan teknologi informasi. Kedua, senang sekali berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi, dan ketiga, generasi yang suka mengumbar privasi.
Hal ini tentu menimbulkan tantangan dan problematika tersendiri bagaimana kemudian generasi Z menghadapi perkembangan zaman di era teknologi saat ini. “Oleh karena itu, dengan adanya diskusi akademik mengenai problematika generasi Z, itu Habib Ja’far bisa memberikan pengetahuan dan pengalamannya kepada adik-adik, bagaimana seharusnya adik-adik ini sebagai bagian dari generasi Z menjalankan pendidikan di era yang serba teknologi ini,” ujarnya.
Selanjutnya, Habib Ja’far menyampaikan bahwa anak muda dalam konteks keislaman selalu memberi peranan yang penting dalam kemajuan bangsa dan agama. Dalam konteks kebangsaan misalnya, sejak era pra hingga pasca reformasi, semua revolusi besar tentang kemerdekaan Indonesia atau menjaga kemerdekaan Indonesia itu peran terbesarnya ada di anak muda.
Untuk itu, dalam sejarah Islam anak muda juga memiliki peranan yang penting. Beberapa contohnya yakni: dari kalangan pria ada Zaid bin Tsabit yang dipilih untuk menulis wahyu dan berasal dari anak muda, kemudian ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang terpilih menjadi Khalifah dan merupakan anak muda. Dari kalangan perempuan, Sayyidah Aisyah ra. yang menjadi penulis dan perawi hadits terbesar dalam merawikan hadis baik dalam kalangan perempuan ataupun laki-laki.
Sayyidah Aisyah ra. memiliki spesialisasi tersendiri yakni meriwayatkan hadits-hadits terkait dengan kehidupan pribadi Nabi Muhammad saw. yang mustahil diketahui oleh orang lain kecuali istrinya. Beberapa di antaranya mengenai bagaimana Nabi Muhammad saw. memperlakukan istrinya, bagaimana adab Nabi Muhammad saw. ketika di kamar atau di kamar mandi, dll.
Ia menambahkan bahwa, sebegitu pentingnya peran anak muda, hingga Khalifah Ali bin Abi Thalib pada masa kepemimpinannya setiap memberi keputusan sering mengatakan “Benar apa yang disampaikan oleh saudaraku yaitu Muhammad”, hal ini dikarenakan segala keputusan yang diambil oleh Khalifah, dasarnya telah didapatkan ilmunya dan sanadnya dari Nabi.
Indonesia saat ini tengah mengalami nilai tambah berupa bonus demografi jumlah anak muda yang mencapai angka 62%. Para anak muda harus dapat memainkan perannya dengan baik. Sebagai contoh, Korea Selatan berhasil mengelola bonus demografi di negaranya sehingga menjadi unggul sebagai sebuah bangsa. K-pop dan Drakor misalnya telah mempengaruhi gaya hidup anak muda di dunia saat ini. Kedua, Afrika Selatan adalah contoh negara yang tidak mampu mengelola bonus demografinya dengan baik sehingga tidak dapat memberikan dampak yang besar pada kemajuan negaranya.
Habib Ja’far menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebagai anak muda. Pertama, ilmu dalam Islam adalah apa yang dilakukan (adab), bukan hanya apa yang diketahui. Menurutnya, mengetahui saja tidak cukup, melainkan seseorang harus berkomitmen untuk melaksanakannya juga. Iman itu adalah pondasi, karena iman yang membuat manusia takut kepada Allah Swt. Ketika manusia percaya dan takut kepada Tuhan, maka iman tersebut akan membuat seorang manusia menjadi pribadi yang positif.
Kedua, kesadaran tentang tujuan manusia hidup di dunia. Memiliki tujuan adalah hal yang paling mendasar dalam Islam. Adapun, yang mengetahui tujuan hidup manusia adalah Allah dengan memberikan pedoman hidup yaitu Al-Quran. Dengan memiliki tujuan, seseorang dalam melakukan sesuatu di dunia ini akan sampai atau dekat dengan Allah. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan bahwa, cara mengukur iman seseorang adalah saat seorang itu sendiri. Karena dalam kesendirian itulah akan muncul sifat aslinya.
Ketiga, perlawanan terhadap shafwah. Penting bagi pemuda untuk memiliki kemampuan dalam mengelola shafwahnya atau kecenderungan nafsunya terhadap hal-hal yang baik. Daya Tarik utama shafwah adalah fitnah. Fitnah Dajjal yaitu membuat neraka seindah surga dan membuat surga seperti neraka.
Terakhir, adalah kreatifitas. Sebagai anak muda harus memiliki jiwa yang kreatif. Nabi merupakan salah satu contoh sosok yang kreatif, tidak hanya menghukumi tetapi memberi solusi terhadap permasalahan yang dialami umatnya. Nabi sangat kreatif dalam mentransfer keislamannya kepada umat Islam di dunia. (EDN/ESP)