Ketidakpastian dan Akal Sehat Bangsa

Saya berharap, bekal yang Saudara kumpulkan ketika kuliah sudah cukup untuk menapaki dunia berkarya, baik dengan membuka usaha sendiri, bekerja di perusahaan atau lembaga yang sudah ada, maupun melanjutkan studi. Saya percaya, apapun pilihannya, semuanya diniatkan untuk memberikan kontribusi terbaik dan memberikan manfaat kepada liyan.

Meski demikian, Saudara saya yakin sudah sadar bahwa lingkungan terus berubah. Perubahan membutuhkan kecakapan yang lebih tinggi dan bahkan kecakapan baru. Karenanya, semangat untuk terus belajar harus terus dihidupkan. Selalu asah kurva permbelajaran Saudara. Tidak ada garis finis dalam belajar untuk para pembelajar sejati.

 

Ketidakpastian masa depan

Saudara akan menapaki anak tangga masa depan yang sudah direncanakan. Memang sangat mungkin, tidak semuanya berjalan sesuai dengan rencana, tetapi itu tidak menjadi alasan untuk tidak membuat rencana dengan hati-hati. Itulah salah satu karakter masa depan yang penuh ketidakpastian.

Ketidakpastian mengharuskan kita untuk selalu awas dengan perubahan. Kita pun dituntut untuk sigap dalam meresponsnya. Kecakapan merespons dan beradaptasi dengan ketidakpastian inilah, salah satu yang dibutuhkan di masa depan.

Saudara harus menyiapkan diri untuk menerima kejutan-kejutan dalam perjalanan menapaki anak tangga. Kejutan ini dapat membelokkan arah masa depan Saudara. Tetapi jangan khawatir, tugas kita memang merencanakan dengan baik dan menapakinya dengan sepenuh hati. Kita tidak akan tahu akan berakhir di mana, dan dengan kelok seperti apa perjalanan yang akan kita lewati.

Saya mengajak Saudara untuk menyadari ini. Hanya dengan perspektif seperti ini, kita akan menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Kita pun tidak lantas berkembang menjadi manusia yang lebih suka menyalahkan liyan ketika ada masalah menerpa.

Meski tantangan personal kita sudah cukup menyibukkan, tetapi hal itu tidak boleh menjadikan kita menjadi abai terhadap kepentingan bangsa yang lebih besar. Setiap aktivitas kita sudah seharusnya secara kolektif bisa diakumulasikan untuk kemajuan bangsa ini.

 

Akal sehat bangsa

Saudara, sebentar lagi kita sebagai bangsa akan memasuki tahun politik di 2024, ketika pemilihan presiden digelar. Suhunya, saat ini, sudah terasa menghangat. Ketidakpastian juga bagian inheren dari proses ini.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkan saya menitipkan beberapa pesan, tidak hanya untuk para wisudawan tetapi untuk kita semuanya.

Pertama, tetaplah rawat akal sehat. Ini bukan hal mudah, ketika banyak dari kita tidak menjadi pemikir yang merdeka dan mandiri, serta cenderung mengikuti narasi publik yang seringkali dipenuhi dengan beragam kepentingan.

Akal sehatlah yang bisa menepis beragam informasi salah atau hoaks yang berkembang dengan pesat di tengah-tengah kita. Akal sehatlah yang akan menjadikan kita tidak mudah diadu domba dan menerima hasutan.

Jika semua alumni mampu melakukannnya, maka akan terbentuk akal sehat kolektif, yang penting untuk merawat persatuan bangsa ini. Ini adalah warisan mahal dari para pendiri bangsa yang harus kita pertahankan. Kita sudah menjadi saksi sejarah, banyak bangsa yang hancur ketika persatuan tidak bisa dijaga.

Kedua, jadilah manusia yang dapat menerima perbedaan. Pengalaman di kampus yang menjunjung tinggi kebebasan akademik, dapat menjadi basis bersikap. Membayangkan semua orang sependapat dengan kita ibarat mimpi dengan mata terbuka alias tidak mungkin.

Setiap orang mempunyai asal yang berbeda, pengalaman lampau beragam, dan aspirasi yang bervaiasi. Menghilangkan semua perbedaan tersebut dipastikan tidak mungkin. Persatuan bukan dibentuk karena semua seragam, tetapi atas dasar saling menghormati perbedaan dan sepakat mengedepanan persamaan.

Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam sejak berdirinya. Tugas kita saat ini adalah merayakan kekayaan tersebut dengan merajutkan menjadi tenun kebangsaaan yang menyatukan.

Ketiga, kedepankan pendekatan ilmiah dalam melihat banyak hal. Perbedaan pendapat di tahun politik dipastikan ada. Itu hal yang sangat wajar. Ketika itu terjadi, kembalikan kepada ilmu. Biarkan ilmu yang membimbing kita dalam bersikap dan mengambil keputusan. Jangan sampai emosi dan perasaan lebih mendominasi.

Inilah tantangan di era pascakebenaran seperti saat ini. Tidak selalu mudah memang, ketika sentimen kita dimainkan dengan beragam algoritma. Tetapi saya yakin, ketika banyak dari kita melantangkan pendekatan ilmiah dalam menyelesaikan banyak hal, insyaallah ini akan menjadi modal untuk kemajuan di masa depan.

Pendekatan ilmiah akan menjadikan hati kita tetap dingin karena argumentasi logis yang dipertontonkan. Ini juga akan mendidikan bangsa menjadi lebih dewasa dalam berdemokrasi.

Semoga kita sebagai bangsa semakin dewasa dalam berdemokrasi. Saya berharap, Saudara semua akan menjadi bagian penting dari proses tersebut.

 Sebagian sambutan pada acara wisuda Univeritas Islam Indonesia, 3 Desember 2022.