FK UII Jalin Nota Kesepahaman dengan Pusat Kesehatan Haji Indonesia
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) menandatangani memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Jumat (25/11) di Auditorium FK UII. Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor UII, menyambut dengan berbahagia kesempatan yang diberikan. Dia juga menyatakan bahwa MoU yang dilakukan akan memperpanjang fokus dari FK UII terhadap kesehatan haji serta meningkatkan kualitas pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kami selalu menyambut uluran kerja sama, berharap manfaatnya lebih luas kepada Indonesia,” harapnya. Lebih lanjut, ia ingin MoU tersebut memberikan dampak yang lebih luas, menginspirasi orang lain, dan menjadi dasar terhadap kegiatan-kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
FK UII kini memiliki akreditasi unggul, oleh karena itu, Fathul Wahid berharap dengan adanya kerja sama mampu menjadi penyemangat untuk terus meningkatkan kualitas serta memberikan dampak seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, Liliek Marhaendro Susilo, Ak M.M., menyampaikan tantangan haji Indonesia dalam aspek kesehatan. Waktu tunggu yang lama sehingga jamaah haji biasanya berangkat pada usia di atas 55 tahun, artinya dari sisi kesehatan sudah termasuk lanjut usia (geriatric). Hal tersebut memberikan banyak tantangan karena ibadah haji sendiri merupakan ibadah fisik.
Dia berharap MoU yang ditandatangani mampu menjadi payung hukum terhadap kerja sama yang akan dijalankan oleh kedua belah pihak. Menurutnya, kesempatan bagi tenaga kesehatan di Puskes haji sendiri sangat luas. Hal yang masih menjadi problematik adalah perbedaan tujuan antara Puskes haji dan jamaah. “Jamaah ingin beribadah sebanyak-banyaknya, kami ingin jamaah tetap sehat,” jelasnya.
Menurutnya, jamaah sebaiknya jangan terlalu kelelahan. Angka kematian pada proses ibadah haji tertinggi terjadi pada masa puncak haji yakni Musdalifah, Arafah, dan Mina. Harapannya, FK UII nantinya dapat meneliti lebih jauh mengenai tata kelola yang sebaiknya ditempuh guna menyiapkan calon jamaah haji dalam kondisi yang sehat. “Semoga MoU ini dapat memberikan manfaat luas bagi jamaah haji Indonesia,” tutupnya.
Mengenai penerapan kurikulum kedokteran haji di FK UII, Dekan FK UII, Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Sc., menyampaikan harapannya agar mahasiswa memiliki pengalaman dan pelatihan khusus yang menjadi nilai tambah bagi dokter lulusan UII. (UAH/ESP)