Diplomasi Budaya Sebagai Jembatan Membangun Bangsa
Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (PSHI UII) melalui Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) mengadakan seminar HIFORIAFEST 2022 bertemakan “Youth Empowerment in Politics and Public Diplomacy”. Seminar yang digelar pada Kamis (13/10) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir tersebut menghadirkan Sujiwo Tejo sebagai pembicara acara pembukanya.
Hadir untuk mengisi sambutan sekaligus membuka acara HIFORIAFEST 2022, Ketua PSHI UII, Karina Utami Dewi, M.A. Dalam sambutannya ia mengucapkan rasa syukurnya atas terlaksananya HIFORIAFEST 2022. “Saya sangat bersyukur ya, dan bahagia karena akhirnya setelah waktu perjalanan yang cukup lama kegiatan ini berhasil diselenggarakan oleh KOMAHI UII”, ucap Karina Utami Dewi.
Menurut Karina Utami Dewi, tema yang diusung pada seminar tersebut sangat menarik, begitu juga dengan pembicara yang dihadirkan. “Saya juga ingin menyoroti topik yang kita bahas pada hari ini hingga siang hari ini, ini adalah isu yang sangat menarik dan pembicaranya juga tidak diragukan lagi, ada Bapak Sujiwo Tejo yang akan bicara soal budaya”, ujarnya.
Terakhir, disampaikan Karina Utami Dewi bahwa seminar tersebut akan menjadi bekal bagi para generasi muda yang akan menjadi pemimpin bangsa nantinya. “Yang pasti seminar ini adalah sesuatu yang harus kita saksikan dan terus menerus kita gaungkan agar teman-teman yang masih muda-muda ini bisa tahu bagaimana sih caranya berkontribusi untuk negara ini, atau UII misalnya sebagai mahasiswa”, pungkasnya.
Sementara Sujiwo Tejo dalam kesempatannya mengungkapkan bahwa terdapat banyak warga negara asing yang tertarik mempelajari Bahasa Indonesia. “Mahasiswa Korea yang belajar Bahasa Indonesia itu sangat banyak, setahun ada 50-an itu ada di UI saja, belum di UGM”, ungkapnya.
Menurutnya, dengan banyaknya orang asing yang mempelajari Bahasa Indonesia akan memudahkan diplomasi budaya melalui bahasa. “Sehingga ketika mereka dapat menguasai akan mempelajari banyak tentang Indonesia, artinya mereka banyak informasi tentang kita, sehingga kalau ada perang dengan Indonesia, di atas kertas Korea sudah menang, karena mereka sudah tau kita”, lanjutnya.
Sujiwo Tejo memberikan pesan kepada para peserta agar ketika menjadi seorang pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang jelas, terutama dalam hal diplomasi. Salah satu contoh diplomasi budaya yang menurutnya berhasil adalah film “Rambo: Last Blood”. Film tersebut mengisahkan Amerika Serikat seakan menjadi pemenang dalam perang Vietnam.
Terakhir, ia juga menjelaskan bahwa adanya diplomasi budaya lewat film Rambo milik Amerika tersebut berhasil membuat pandangan Amerika Serikat sebagai negara yang selalu memenangkan perang. “Sampai Soviet saja yang katanya indah, aku belum pernah ke Rusia, tapi kata teman yang pernah ke sana indah banget, sampai kita anti Rusia karena Rusia nggak bikin film”, tandasnya. (JR/ESP)