Membuat Photo Story Menarik Untuk Konten

Program Studi Ilmu Komunikasi UII menyelenggarakan webinar “Inspiring the World with Creative Production” pada Selasa (16/11). Acara ini merupakan bagian dari P2A ICE CREAM (Passage to ASEAN International CoursE on CREAtive Media) yang bekerja sama dengan SCIMPA Universiti Utara Malaysia dan Duy Tan University Vietnam. Audiens yang hadir pada kesempatan tersebut merupakan mahasiswa berbagai lintas negara ASEAN. 

Pembicara Denty Piawai Nastitie yang merupakan seorang jurnalis sekaligus fotografer membawakan tema “Make Your Personal Photo Story”. Nastitie memberikan pengetahuan kepada audiens untuk mengembangkan nilai dalam memotret gambar melalui foto story. ‘Photo story’ atau foto essay sendiri adalah satu hingga beberapa rangkaian seri potret foto yang disajikan menjadi bentuk cerita yang menyentuh atau menggugah.   

Nastitie dalam presentasinya memamerkan karya-karya photo storynya yang menakjubkan. Salah satu yang bisa dibahas ialah karyanya yang berjudul ‘A Mental Traveler’. Karya tersebut menceritakan tentang proses healing atau penyembuhan seorang pemuda bernama Syaiful Huda (Itong) yang didiagnosa menderita mental illness. Nastitie menceritakan keadaan Itong yang sangat menderita dengan gangguan bipolar, mood swing, dan impulsif sejak 2017 dalam potretnya. 

Nastitie juga membagikan tiga tips dalam membuat foto story yang menarik. Pertama adalah menemukan cerita yang ingin dibagikan di mana penggambaran cerita bisa dilakukan dengan mengingat memori masa kecil atau sebuah tempat yang selalu membuat terkenang. Kedua adalah mengidentifikasi audiens. Mengidentifikasi audiens penting untuk mengetahui apakah foto story disajikan untuk media lokal atau publikasi global.

Langkah terakhir adalah membuat cerita berdasar kronologi, menggabungkan beragam peristiwa atau lainnya. “Bukan hanya jurnalis atau photojournalist yang bisa membuat foto story, tapi semua juga bisa menekan tombol shutternya untuk memulai membuat cerita foto”, pungkasnya. 

Panelis lainnya pada webinar kali ini, Prof. Panizza Allmark (PhD) yang merupakan guru besar studi visual dan budaya Edith Cowan University (ECU) Perth, Australia menyampaikan tema “Photography feminine and documentary photography”. Fotografi feminin yang dibicarakan Panizza merupakan istilah dalam bahasa Prancis yang merujuk pada makna ‘menulis jejak tubuh’. Fotografi feminin adalah sebuah kritik yang ingin ia tunjukkan dalam bentuk foto dokumenter atas konsep budaya patriarki dan diskriminasi terhadap perempuan. 

“Akan tetapi lebih dari itu, fotografi feminin juga melibatkan kontradiksi dan dikotomi dari feminin itu sendiri”, terang Panizza. Lebih lanjut, Panizza menyebut fotografi feminin memiliki sejumlah kesamaan dengan fotografi dokumenter postmodern yang menyampaikan kritik melalui karya fotografi. Perhatiannya pada fotografi feminin berhubungan dengan relasi kuasa dari keaslian potret yang ia gunakan sebagai alat politis dalam mempromosikan feminism. 

Karya-karya dokumenternya mengenai fotografi feminin merupakan sebuah kritik visual dalam menanggapi permasalahan lingkungan dan budaya. “Karya-karya saya ingin menunjukkan perlawanan juga menjadikannya prasasti dari apa yang sudah ditindas oleh sejarah sekaligus mencoba mengganggu iklim patriarki melalui jalan lain”, tutupnya. (IAA/ESP)