Menjadi Komunikator Yang Ulung

Kemampuan public speaking dianggap penting, terkhusus bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Saat melakukan presentasi, mahasiswa dituntut untuk bisa berbicara di depan umum agar komunikasi tersampaikan dan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Tentunya berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah, perlu adanya kebiasaan untuk menciptakan keahlian dalam menyampaikan ide dan gagasan yang menjadi konsumsi publik.

Merespon hal ini, Prodi Hukum Islam Program Doktor, Prodi Ilmu Agama Islam Program Magister Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia menggelar Workshop Penguatan Soft Skill Mahasiswa pada Rabu (15/9). Kegiatan yang dilakukan secara daring ini menghadirkan pembicara Drs. Imam Mujiono, M.Ag. selaku dosen FIAI UII.

Ketua Prodi Hukum Islam Program Doktor FIAI UII, Dr. Drs. Yusdani, M.Ag. menyampaikan bahwa kemampuan public speaking adalah salah satu bagian dari komunikasi yang efektif terkhusus bagi mahasiswa pascasarjana sebagai bekal dalam mengikuti kegiatan seminar dan konferensi. 

Dalam pemaparannya Drs. Imam Mujiono, M.Ag menyebutkan public speaking skill adalah keterampilan berbicara di depan public yang merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Ia menjelaskan pentingnya menguasai kemampuan public speaking untuk meningkatkan kualitas bicara terutama bagaimana cara seseorang menarik perhatian. 

“Kalau kita bisa menarik perhatian maka audiens akan memberikan penghargaan, mereka tidak mengobrol, tidak chattingan, mereka akan fokus kepada kita sebagai pembicara dan atas materi apa yang kita berikan. Fokus inilah yang menambah pemahaman mereka, karena pemikiran mereka tidak terpecah dengan hal-hal di luar forum” tuturnya.

Selain itu pentingnya menguasai skill public speaking yaitu pembicara dapat menyampaikan sesuatu yang bermakna bagi pendengar. Kharisma yang dimiliki pembicara juga akan muncul dengan sendirinya. Sama halnya dengan seorang kyai di pesantren, ia memiliki posisi yang sangat terhormat dan menjadi sosok kharismatik dikarenakan makna yang disampaikan kepada santrinya. “Apapun posisi anda baik pekerjaan dan jabatan ini akan bisa memberikan makna (meaningful) dalam kehidupan kita,” ucapnya. 

Penampilan yang menarik juga harus dibersamai dengan intonasi dan nada yang sesuai, penggalan pada tiap tiap kalimat dan menempatkan titik dan koma dengan tepat. Saat berbicara di depan publik janganlah terlalu cepat, menjadikan audiens kesulitan dalam memahami. Begitulah sebaliknya berbicara yang terlalu lambat menjadikan audiens  tidak sabar. Ketepatan penekanan dan pemilihan kata yang sesuai juga perlu diperhatikan. 

“Dalam berdakwah kita memperhatikan “khotibunnas ‘ala qodri uqulihim” (berbicara kepada manusia dengan kadar nalarnya. Tapi kita juga memperhatikan “likulli maqomin maqolun wa likulli maqolin maqomun” (setiap tempat mempunyai perkataan dan masing masing perkataan mempunyai tempat), pungkas Imam Mujiono. (HA/ESP)