,

Mahasiswi UII Giat Lestarikan Usaha Batik Sembari Kuliah

Batik memang telah diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia. Namun tidak banyak anak muda yang tertarik menekuni bisnis batik. Selain dibutuhkan keahlian khusus, usaha batik juga harus ditekuni serius agar tetap bertahan dan terus berkembang secara kontinyu. Hal inilah yang digeluti oleh Nabila Nur Dwijayanti. Mahasiswi program studi Manajemen UII ini tengah fokus membangun NDJ Tenun Batik, sebuah bisnis yang mengembangkan aneka produk kreatif anak muda bercorak batik.

Nabila mengaku pada awalnya ia tertantang menyikapi pandangan yang menilai batik hanya cocok digunakan ketika acara formal. Ia pun menjawabnya dengan melahirkan berbagai produk batik yang tetap elegan dipakai pada waktu santai. Seperti pada jenis pakaian, ia menawarkan dress, outer, kimono, dan celana bermotif batik. Sedangkan di lini aksesoris, ia meracik produk  gelang, bandana, dan masker batik.

Dara yang tengah menempuh skripsi ini juga bercerita bahwa menekuni usaha batik bukan sekedar coba-coba atau penasaran. Bahkan ia telah punya niat sejak duduk di bangku SMA. Niatnya baru terwujud ketika kuliah di UII kemudian membidani NDJ Tenun Batik. Untuk menimba pengalaman sekaligus menaikkan pamor usahanya, ia rajin mengikuti berbagai event pameran maupun kompetisi wirausaha.

Kompetisi pertama yang ia ikuti adalah Gerakan Mahasiswa Pengusaha yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan UMKM RI. Kompetisi tersebut berhasil mengantarkan NDJ Tenun Batik dan UII untuk mendapatkan dana hibah serta mendapatkan fasilitas penuh dari pihak terkait. “Dana hibah yang didapatkan pun dapat digunakan untuk penambahan modal,” tutur Nabila. 

Modal yang diperoleh itu lantas ia gunakan membeli mesin jahit dan modal tekstil oleh. Bak mesin diesel yang makin lama makin panas. Dia akhirnya berani untuk terjun secara all-out dalam membangun usaha. Melalui program sebelumnya, dia makin mantap untuk mengerahkan seluruh tenaga dan idenya. “Kita harus mempunyai desain atau produk yang betul-betul diminati oleh anak muda itu sendiri,” aku Nabila. 

Pasca pencapaian tersebut, NDJ Tenun Batik pun didapuk mengikuti program inkubasi yang diadakan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM RI. UII juga aktif memberikan dukungan kepada Nabila melalui program UII Business Innovation Challenge yang dinaungi langsung oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII. 

Dukungan UII meliputi program pendampingan dan bimbingan usaha oleh para ahli kepada usaha rintisan penerima hibah. Berkat hal itu, dia dan usahanya dibina lebih jauh mengenai “Bagaimana marketing yang baik, merealisasikan rencana, dan juga diajar banyak cara agar produk yang dijalankan dapat dikenal oleh masyarakat luas dan lebih berkembang lagi,” ungkapnya.

Tidak mengherankan jika cukup banyak penghargaan yang ia kantongi, seperti lolos menjadi desainer muda serta mengikuti fashion show Jogja International Batik Biennale 2018. Ia juga berkesempatan menerima pendampingan eksklusif dalam program yang diadakan UNESCO dan Citi Foundation.

Bertahan di Tengah Pandemi

Diakui Nabila, pandemi cukup memberikan dampak signifikan bagi usahanya. Berdasarkan kondisi tersebut, ia mencoba untuk memutar otak agar usahanya dapat tetap berjalan. Titik terang pun mulai kelihatan. Sisa kain atau biasa disebut dengan kain perca pasca produksi justru diolah dan disulapnya menjadi produk baru dari NDJ Tenun Batik. Produk seperti masker batik banyak memanfaatkan sisa kain perca sehingga menambah keuntungan.

Berangkat dari penambahan produk dan upaya adaptif, usaha Nabila perlahan-lahan bangkit kembali. Penyesuaian produk tersebut berhasil menarik minat pasar. Alhasil, “bisa menjadikan omzet yang turun dan naik sampai saat ini stabil,” imbuhnya.

Nabila percaya bahwa batik bukan sekedar fashion, namun juga mengandung kekuatan nilai pemberdayaan. Di balik keindahannya, ada tangan-tangan terampil yang selama ratusan tahun mempertahankan batik. Kesadaran itu mendorongnya untuk senantiasa melibatkan home industry yang ada di Indonesia seperti dari Jepara dan Jogja. Mayoritas dari pekerjanya juga adalah perempuan. “Jadi, kita memberdayakan beberapa pengrajin yang ada di daerah-daerah,” pungkasnya. (KR/ESP)