Tentukan Kompetensimu Sejak Awal Untuk Masa Depan
Ada banyak jalan menuju kesuksesan, salah satunya adalah menentukan karir dan kompetensi yang kemudian diakui masyarakat. Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Dr. Gamal Albinsaid, M. Biomed saat menjadi penyaji pada acara Kajian Ulil Albab Ramadhan UII (KURMA). Acara yang bertemakan Peran & Tantangan Pemuda Islam di Era Milenial tersebut dilaksanakan via Zoom di UII beberapa waktu lalu.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam (DPPAI) itu, Gamal Albinsaid juga menambahkan, seseorang diharuskan memiliki kompetensi khusus pada satu bidang saja. Tujuannya agar mereka mampu fokus dan bersaing dengan orang orang yang lebih sedikit di bidang yang sama.
“Ada dua aspek, pertama adalah kompetensi, jadi harus punya satu keahlian khusus, itu fundamental sekali ya, sehingga membuat kawan-kawan keluar dari kerumunan, bersaing dengan sedikit orang yang sama-sama punya kapasitas kompetensi. Dan itu yang membuat kita punya value dalam kehidupan ini,” ungkap CEO Indonesia Merdeka itu.
Selain itu, menurutnya, portofolio merupakan salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri seseorang. Adanya portofolio itu menjadi nilai tambah ketika dilirik oleh masyarakat luas. Eksistensi portofolio seolah-olah menjadi identitas seseorang untuk layak dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidangnya.
“Dan yang kedua itu portofolio, dari kapasitas kompetensi kita dalam karya nyata yang kita hasilkan, apapun itu kawan-kawan. Wirausaha boleh, social movement ataupun aplikasi digital. Tapi buatlah sesuatu, sekarang portofolio menjadi kartu nama terbaik dan tidak sedikit orang yang akhirnya melihat kapasitas kompetensi orang dari portofolio,” imbuhnya.
Ditambahkan Gamal Albinsaid, ada tiga hal yang membuat seseorang dianggap elit. Pertama adalah ilmu, kedua adalah harta, dan ketiga adalah kekuasaan. Tiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi, hal tersebut harus dilandasi dengan keinginan belajar. Bukan keinginan yang berorientasi terhadap kekayaan ataupun keegoisan.
“Kita disebut elit ketika memiliki tiga hal, otaknya berisi ilmu, kantornya berisi harta, dan tangannya berisi kekuasaan. Jadi kita belajar bukan semata mata kita berorientasi kaya, terkenal, sukses punya jabatan. Tapi mulai lah belajar paradigma semakin cerdas saya semakin banyak masalah yang bisa saya selesaikan. Semakin luas wawasan saya semakin banyak inovasi yang bisa saya hasilkan,” tutupnya. (AGM/ESP)