,

UII dan Chandigarh University Implementasikan MoU

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Universitas Islam Indonesia (UII) mengirimkan dosen dalam rangka International Faculty Exchange Program yang diinisiasi oleh Chandigarh University, India. International Faculty Exchange Program yang dilaksanakan pada 22 Maret hingga 9 April 2021 ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UII dan Chandigarh University yang terjalin sejak tahun 2019. MoU yang ditandatangani kedua universitas fokus pada peningkatan Tridarma Perguruan Tinggi yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Publikasi, serta Pengabdian kepada Masyarakat.

“International Faculty Exchange Program ini merupakan implementasi pertama dari MoU tersebut,” tutur Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A. saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu 7 April 2021. Menurutnya, dosen UII yang telah memenuhi ketentuan dari program tersebut rencananya akan diberangkatkan ke Chandigarh University. Namun, karena pertimbangan situasi Covid-19 di India yang juga masih tinggi, program dilaksanakan secara daring.

Dian Sari Utami menjelaskan bahwa tawaran untuk melaksanakan program tersebut sudah diterima UII sejak tahun 2020, diperuntukkan bagi para profesor maupun asisten profesor (lektor) untuk mengajar di Chandigarh University. Usulan International Faculty Exchange ini kemudian ditawarkan ke seluruh fakultas yang ada di UII. “Fakultas Psikologi dan ilmu Sosial Budaya UII merespon tawaran ini dengan mengirimkan tiga orang kandidat yang kemudian diseleksi oleh Chandigarh hingga terpilihlah Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si. sebagai perwakilan UII.

Lebih lanjut Dian Sari Utami mengemukakan bahwa dalam situasi pandemi ini, metode-metode untuk tetap menjalankan agenda internasionalisasi menjadi lebih fleksibel dilakukan, bahkan seolah batas antar negara tidak dirasakan karena mobilitas maya dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi dan interaksi yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Konsep internasionalisasi di tengah pandemi yang digagas UII diharapkan mampu membuka wawasan dan mendorong seluruh sivitas akademika untuk ‘berani keluar pagar’ bersama-sama.

Semua pihak diharapkan mampu membangun pola pikir sebagai global citizen tanpa menghilangkan latar belakang dan kekhasan budaya yang dimiliki. Hal ini menurut Dian Sari Utami dilakukan untuk mendorong cara berpikir terbuka dan melihat dari perspektif yang berbeda. “Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional berkomitmen sebagai supporting system internasionalisasi di lingkungan UII dan berharap internasionalisasi menjadi kebutuhan kolektif, bukan sesuatu yang menakutkan ataupun menyulitkan dan harus ditunda,” tandasnya.

Dian Sari Utami menegaskan sesuai visi UII sebagai rahmatan lil ‘alamin, diharapkan tidak hanya menjadi simbol tetapi mampu diterapkan dalam perilaku keseharian baik di dalam kehidupan berorganisasi di lingkungan UII maupun saat membangun kolaborasi dengan berbagai mitra di luar UII. “Dalam pemikiran kami, partnership tidak hanya sekedar kerja sama dan kebutuhan antar institusi tetapi lebih kepada pertemanan. Pertemanan ini menjadi momen yang tepat untuk mengenalkan Islam, in shaa Allah,” tutupnya. (AP/RS)