,

Artidjo Alkostar Sosok Langka yang Sulit Dicari Penggantinya

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) dan Keluarga Besar UII menggelar do’a bersama secara virtual untuk almarhum Dr. Artidjo Alkostar, S.H., LL.M. pada Senin (1/3) malam. Duka mendalam dirasakan masyarakat Indonesia khususnya Keluarga Besar UII atas Kepergian Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), Mantan Hakim Agung almarhum Dr. Artidjo Alkostar yang terkenal sebagai sosok langka di dunia peradilan yang memiliki integritas tinggi.

Turut hadir Ketua DPP IKA UII, Prof. Dr. M. Syarifuddin, S.H., M.H. yang saat ini menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U. Kegiatan do’a dan dzikir bersama dipimpin oleh Direktur Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI UII), Dr. Aunur Rahim Faqih S.H., M.Hum. dan Dekan Fakultas Hukum, UII Dr. Abdul Jamil S.H., M.H.

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D dalam sambutannya menilai bahwa sosok Artidjo adalah orang yang baik, dan meneladaninya bukanlah hal yang mudah, perlu adanya ketekunan dan konsistensi. Fathul Wahid menyampaikan pesan yang almarhum berikan untuk selalu menjaga sukma, karena sukma merupakan gambaran dari akal sehat sebagai filter paling jujur, yang membedakan antara baik dan buruk. “kata pak Ar, ketika sukma itu sudah mati, orang akan cenderung membuka ruang toleransi pada ketidakberesan, ketidakbenaran, dan lainnya,” tuturnya.

Prof. Syarifuddin menyebutkan di kalangan insan jajaran peradilan, Artidjo Alkostar merupakan teladan yang selalu dijadikan panutan. Dikenal sebagai sosok yang fenomenal. Kegigihan dan integritas yang Artidjo tunjukkan selama menjabat sebagai Hakim Agung terbukti dari putusannya dalam menghadapi suatu perkara. Ia meyakini semua putusan yang sudah diberikan akan menjadi amal baik yang diterima di hadapan Allah Swt.

“Kepergian Artidjo, kita kehilangan salah seorang putra terbaik bangsa, tokoh langka yang sulit ditemukan penggantinya. Terlebih di kalangan insan penegak hukum, beliau terkenal dengan sosok yang fenomenal khususnya dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi,” jelasnya.

Prof. Mahfud MD mengenang almarhum semasa hidupnya merupakan sosok yang integritas dan kapasitasnya sudah diakui sejak dulu. “Ketika mantan Ketua MPR Pak Taufiq Kiemas masih hidup, saya sering berkunjung. Kalau kami sebut nama UII, yang Pak Taufiq Kiemas selalu ingat mas Artidjo. Pak Taufiq mengatakan, saya heran kepada orang UII, di UII itu diajari apa? Kok lulusannya tegas, jujur, disiplin, ulet dan nama Artidjo selalu disebut,” ungkap Mahfud MD.

Prof. Mahfud MD mengaku bangga sebagai alumni UII ketika saat itu sesekali ditanya asal sekolah. “Kita bangga dulu kita, Pak Mahfud, Pak Ari sekolahnya di mana? Saya satu almamater dengan Pak Artidjo, karena kita bangga menyebut pak Artidjo sebagai penegak hukum,” imbuhnya.

Prof. Mahfud MD mengatakan, saat ini Artidjo sudah meninggal secara fisik. Namun, sebenarnya Artidjo telah meninggal berkali-kali semasa hidupnya, karena hati nuraninya selalu hidup dan dirinya jauh dari sifat ketamakan, rasa takut, sifat sombong dan ketamakan duniawi.

“Mati menurut hadis nabi, ada mati sebelum mati. Barang siapa ingin melihat orang mati yang berjalan, lihatlah Abu Bakar. Orang mati, tapi fisiknya hidup. Maksudnya orang mampu menjaga dirinya dari keperluan fisik duniawi. Orang mati fisik, tapi nuraninya hidup. Dia tidak berpikir apa-apa soal duniawi. Sukmanya, hati nuraninya selalu hidup. Membunuh hawa nafsu, membunuh ketamakan, membunuh rasa takut. Itu yang dilakukan Mas Artidjo. Kita harus belajar dari Mas Artidjo yang selalu mendahulukan keimanannya,” terangnya.

Ia melanjutkan, “Mas Artidjo enggak punya harta. Yang menemaninya, yang menolongnya, adalah hati damainya. Banyak orang matinya tidak tenang banyak meninggalkan masalah. Mari ambil spirit semangat perjuangan. Dia yakin benar, diejek, dihina ditekan orang, dia tidak masalah,” ucapnya. (HA/RS)