,

Pentingnya Mengabdi pada Ibu Pertiwi

Sebagai negara dengan berbagai macam suku, budaya, hingga adat istiadat, harus di akui bersama bahwa Indonesia sebenarnya memiliki begitu banyak permasalahan ketidakadilan sosial. Hal ini meliputi kesenjangan dari berbagai aspek seperti ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan. Dalam pemaparan mentoring akbar yang diselenggarakan oleh Jamaah Al-Ghuroba Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA (UII) pada Minggu (24/1), dr. Gamal Albinsaid memaparkan bahwa kekayaan empat orang di Indonesia sama dengan jumlah kekayaan dari 100 juta penduduk Indonesia. Hal ini merupakan suatu kesenjangan ekonomi yang berimbas pada garis kemiskinan penduduk.

Lebih lanjut, dr. Gamal menjelaskan terkait permasalahan stunting yang terjadi pada satu dari setiap empat anak di Indonesia akibat dari naiknya indeks kelaparan global yang sudah berada pada level serius. Lalu pada permasalahan pendidikan seperti ditemukan banyaknya infrastruktur pendidikan yang rusak, kesejahteraan guru yang tidak memadai dan lain sebagainya.

Meskipun demikian, menurut dr. Gamal Indonesia justru memiliki tiga hal yang berpotensi mengatasi permasalahan di atas. Potensi tersebut ada pada penetrasi bangsa yang semakin melek terhadap keberadaan teknologi, bonus demografi yang kemudian berimbas pada proporsi penduduk usia produktif, serta peran dari pemuda-pemuda yang berani mengambil tanggung jawab moral untuk menyelesaikan masalah bangsa.

Pada poin ketiga, dr. Gamal secara semangat menjelaskan bahwa peran pemuda ibarat saham besar yang berguna untuk membangun tinta emas perjalanan bangsa. Ia mencontohkan peran Bung Tomo, Muhammad Yamin, hingga Chaerul Saleh yang pada masa mudanya berani mengambil risiko demi kemerdekaan bangsa. Dalam pengaplikasiannya pada saat ini, istilah ini lebih sering dikenal dengan “Milenials Takeover” yaitu suatu keadaan di mana anak-anak muda mulai berani mengambil alih kepemimpinan dunia.

Pada mentoring yang dilaksanakan secara daring ini, dr. Gamal juga mengenalkan istilah Leiden is Lidjen. Istilah tersebut mengacu pada fakta bahwa jalan kepemimpinan adalah jalan penderitaan. Kepemimpinan adalah proses berpikir dengan sikap mau berkorban dan mengesampingkan kepentingan individu. Hal ini yang kemudian akan memunculkan pemimpin yang dihasilkan dari orang-orang dengan prestasi terbaik.

Pada pemaparannya, dr. Gamal Albinsaid mencontohkan BJ. Habibie yang rela meninggalkan kenyamanan pribadinya di Jerman dan pulang untuk membangun Indonesia. “Eyang Habibie mencontohkan bagaimana pemimpin perlu untuk membangun harmoni berupa pengabdian yang tidak buta pada permasalahan-permasalahan rakyatnya,“ jelasnya.

Pada lingkup yang lebih global, dr. Gamal mencontohkan sosok bernama Muhammad Al-Fatih yang sukses menembus benteng-benteng pertahanan ibukota Byzantium untuk menaklukkan Konstantinopel. Pada usianya yang masih menginjak 25 tahun, Al-Fatih sudah memimpin pasukan dengan menyusun strategi yang membuat Konstantinopel bertekuk lutut di hadapan Kesultanan Utsmaniyah.

Usai membagi wawasan tentang tokoh-tokoh besar muslim kepada peserta yang berasal dari FMIPA 2020, dr. Gamal juga menjelaskan empat kunci yang bisa dilakukan oleh pemuda untuk mulai berani berkarya dan mengabdi pada negeri. Poin pertama yang disampaikan adalah kompetensi, kita harus punya keahlian khusus untuk mengetahui apa yang bisa kita lakukan pada masyarakat sekitar kita. Lalu yang kedua, kita harus memiliki portofolio karya nyata, hal ini adalah buah dari pengejawantahan atas kompetensi yang kita miliki.

Lebih lanjut merupakan prestasi dari portofolio yang kita buat, dan terakhir adalah pengakuan publik di mana karya-karya kita pada akhirnya mendapatkan apresiasi yang diakui publik sehingga membawa manfaat pada kelompok lainnya. Seperti yang kita tahu juga, dr. Gamal Albinsaid adalah sosok yang memberi inovasi pada lahirnya berbagai kegiatan wirausaha sosial berbasis kesehatan seperti Indonesia Medika, Garbage Clinical Insurance, dan Siapapeduli.id yang banyak mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak.

Pesan dan kesan sebelum menutup acara bertajuk “Pemuda Islami Mengabdi pada Bumi Pertiwi”, dr. Gamal menyampaikan kepada peserta webinar dari lubuk hati paling dalam mengenai harapan beliau kepada para peserta untuk mulai berani dan beraksi membuat karya nyata kepada negeri. Karya nyata tersebut bisa berangkat dari keresahan-keresahan pribadi yang sifatnya berdampak pada kehidupan di masyarakat untuk dituangkan menjadi karya sehingga membawa kemanfaatan pada sesama.

“Kalian adalah ibarat matahari terik yang muncul pada pukul 12 siang, paling terang, paling benderang, dan paling membara. Jadi jangan biarkan masa muda ini berlalu begitu saja tanpa karya-karya yang berprestasi dan memesona,” tutupnya. (IAA/RS)