Bertahan, Berbenah, dan Bertumbuh

Pandemi Covid-19 akan memasuki bulan kedelapan, terhitung mulai pembelajaran daring dijalankan perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Fokus utama PT dalam menjaga kualitas akademik dan menjamin keberlangsungan organisasi tergeser. Masuk dua pekerjaan rumah besar yang memerlukan perhatian ekstra dan mendapatkan prioritas lebih tinggi: menjamin keselamatan jiwa dan menjaga keberlangsungan akademik.

Untuk merespons perubahan ini, Universitas Islam Indonesia (UII) menggunakan tiga pendekatan yang terlihat sekuensial, tetapi dapat beririsan: bertahan dengan cermat, berbenah untuk sehat, dan bertumbuh dengan pesat.

 

Cermat bertahan

Beragam ikhtiar telah diambil oleh UII. Kecermatan dan kecepatan mengambil keputusan sangat penting di tahap ini. Waktu bukan kemewahan yang kita miliki, karena ketidakpastian sangat tinggi. Keterlambatan pengambilan kebijakan atau keputusan akan membawa dampak ikutan yang perlu dimitigasi, karena keterlibatan beragam aspek dan aktor di dalamnya. Sosialisasi kebijakan kepada semua semua warga organisasi, ketika terpisah jarak fisik, menjadi tantangan tersendiri.

Keselamatan jiwa sivitas UII menjadi prioritas utama. Sebagian besar aktivitas dan layanan fisik di kampus ditiadakan. Semuanya diupayakan secara daring. Karenanya, kehadiran ekosistem teknologi informasi menjadi penting. Pembelajaran daring dan kerja dari rumah menjadi satu-satunya pilihan.

Tidak semua PT siap dengan ini, baik dari sisi infrastruktur maupun kesiapan sivitasnya. Kita patut bersyukur, transformasi digital yang mulai dilakukan di UII sejak 2016 telah memberikan basis infrastruktur yang sangat memadai.

Misi utama PT harus diselamatkan: pembelajaran mahasiswa. Ekosistem pembelajaran daring harus disiapkan dengan cepat. Mahasiswa yang masih berada di luar negeri pun segera dipulangkan, sebelum ada pembatasan penerbangan internasional.

Budaya digital secara perlahan mulai terbentuk, lengkap dengan catatan di banyak hal. Beberapa kritik bernada protes pun masuk. Beberapa orang masih membayangkan kesempurnaan. Dalam situasi seperti ini, kesempurnaan adalah lawan dari efektivitas.

 

Sehat berbenah

Pandemi telah memaksa kita belajar banyak hal dengan cepat. Setelah beberapa bulan, kita sadar bahwa tidak mudah meramalkan kapan pandemi akan berakhir, meski kita semua menginginkannya. Hanya berpangku tangan sambil menunggu, bukan pilihan yang bijak. UII harus berbenah untuk kembali sehat: secara operasional dan finansial, sebagai basis keberlangsungan organisasi.

Banyak yang kita benahi, termasuk penguatan ekosistem teknologi informasi, dan secara khusus ekosistem pembelajaran daring. Sebuah cetak biru dibuat. Survei telah dilakukan kepada dosen dan mahasiswa. Tilikan dari survei ini dijadikan dasar kebijakan. Misalnya, selain menggunakan zoom untuk pembelajaran daring sinkron, kita juga berlangganan Panopto untuk pembelajaran daring asinkron. Beragam pelatihan pun digelar.

Banyak proses bisnis didesain ulang: mulai dari admisi mahasiswa baru, pembinaan mahasiswa baru, pembelajaran dan evaluasinya, sampai dengan wisuda. Sebanyak mungkin konsiderans dan aktor dilibatkan.

Sangat mungkin, hasil desain ulang dalam berbenah tidak sesempurna yang dibayangkan jika dibandingkan dengan ketika kondisi normal. Atau, bisa jadi, yang perlu berubah adalah pola pikir kita: sempurna untuk diri sendiri akan sangat berbeda dengan sempurna untuk orang banyak yang kondisinya sangat beragam.

Dalam konteks inilah seringkali dibutuhkan penyamaan frekuensi, termasuk dalam membuat ruang toleransi.

 

Pesat bertumbuh

Saya yakin semua sepakat, pengorbanan selama pandemi akan terasa sia-sia, jika tak ada perubahan bermakna yang dilakukan. Hasil berbenah akan menjadi pijakan lentingan ke depan.

Ada banyak hal yang bisa dibayangkan bersama untuk menjadi mimpi kolektif. Salah satunya adalah percepatan digitalisasi kampus perlu dilakukan dengan orkestrasi yang baik. Tanpanya, solusi yang dihasilkan akan tidak efektif dan temporal. Bermanfaat, tetapi sesaat. Ini mirip dengan minum parasetamol untuk menghilangkan sakit kepala karena gigi berlubang.

Digitalisasi ini akan menjadi basis pengembangan beragam layanan ke depan, termasuk pembelajaran daring yang lebih berkualitas dan beragam aktivitas akademik daring lainnya. Inilah modal bertumbuh,

Ke depan, pembelajaran daring sangat mungkin menjadi bagian permanen dalam proses bisnis. Ada dua pilihan: melengkapi pembelajaran konvensional (jika situasi sudah memungkinkan) dan menjadi modal pembukaan program studi pendidikan jarak jauh yang hampir 100% aktivitas akademik dan pendukungnya dijalankan secara daring.

Tentu, semuanya pasti dengan catatan. Inilah ruang diskusi yang terus kita buka.

Tulisan dimuat dalam Kolom Refleksi UIINews edisi November 2020.