UII Terapkan Konsep Tatanan Baru

Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Kajian Advokasi dengan tema “New Normal Dimulai, Siapkah UII?” pada Sabtu (3/10). Agenda yang digelar secara daring ini menghadirkan Wakil Dekan Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. dan Ketua Satgas Covid-19 Wilayah DIY, Dr. Tri Widjaja, S.Ked.

Imam Djati Widodo menyebutkan bahwa UII memegang prinsip-prinsip, yang dipertimbangkan dari ushul fiqh dan maqasid syari’ah, sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh syari’at umat Islam. Pertama, mengutamakan keselamatan jiwa, skenario tatanan baru mengutamakan keselamatan jiwa manusia, dosen, tenaga kependidikan dan keluarganya. Kedua, menjamin keberlangsungan roda organisasi, tatanan baru harus mengedepankan keberlangsungan roda organisasi dengan menjaga kontinuitas proses bisnis dan pemberian pelayanan terutama kepada mahasiswa.

Ketiga, menjalankan proses bisnis perbaruan teknologi informasi di situasi yang tidak memungkinkan pertemuan fisik. Keempat, mendahulukan efektivitas dibandingkan kesempurnaan, prinsip ini didasari oleh kaidah fikih; ma la yudraku kulluh, la yurraku kulluh (apa yang tidak bisa dijalankan semua, jangan ditinggalkan semua). Kelima, menghindari mafsadah didahulukan dari pada mendapatkan manfaat, prinsip ini didasarkan pada kaidah fikih; dar’u al-mafasid muqaddamun ala jalbi al-mashalih (mencegah kerusakan lebih didahulukan daripada mengupayakan maslahat).

Imam Djati menjelaskan bahwa berdasarkan pertimbangan persyaratan new normal menurut World Health Organization (WHO), UII membuat suatu prediksi tahapan menuju tatanan baru. Di masa pandemi belum menunjukkan tanda penurunan konsisten secara nasional . Di masa transisi pandemi sudah dapat dikeluarkan, tetapi masih menyebar meski dalam kecepatan yang rendah dan stabil secara nasional. Di masa tatanan baru pandemi sudah dapat dikendalikan dengan penyebaran sangat rendah dan stabil, tidak ditemukannya kasus baru nasional atau vaksin sudah ditemukan.

“Ketika new normal nanti, ada beberapa pengaturan yang akan di lakukan, meskipun itu harus lima puluh persen, tentunya penjadwalannya akan disesuaikan lagi, contohnya seperti pengambilan ijazah, kelasnya akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak merugikan semuanya. Kita akan melihat kemungkinan-kemungkinan ketika kondisi itu sudah menunjukkan ke arah yang bisa di mulai new normal,” tuturnya.

Sementara Tri Widjaja dalam paparannya menyampaikan bahwa di masa pandemi sektor utama yang harus didahulukan adalah kesehatan dan dilanjutkan dengan sektor ekonomi. Jika pemerintah mengkedepankan sektor ekonomi dari pada kesehatan, yang akan terjadi adalah ‘sehat tidak bisa makan dan akan sakit’. Begitu pula sebaliknya jika pemerintah mengkedepankan sektor kesehatan tanpa memperhatikan sektor ekonomi, yang akan terjadi adalah ‘menjadi tidak produktif’. Maka dari itu, dengan adanya kompromi new normal dengan pengedepanan sektor kesehatan, memperlonggar secara bertahap membuka peluang ekonomi yang disertakan penerapan protokol kesehatan.

Virus SARS-CoV-2 merupakan virus zoonotik yang melakukan transmisi dari hewan ke manusia, dan bisa bertransmisi dari manusia ke manusia. Memiliki resiko tinggi bagi seseorang dalam usia lanjut, memiliki riwayat penyakit kardovaskular, diabetes, riwayat penyakit pernafasan kronis, riwayat penyakit kanker. “Penularannya dikarenakan kontak erat dan droplet. Resiko tertular bisa terjadi karena melakukan kontak erat dengan pasien tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD). Pencegahannya dapat dilakukan baik dengan kewaspadaan, edukasi, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” jelasnya.

Tri Widjaja berpesan pentingnya melaksanakan 3T yaitu Tracing, Testing, Treating. Karena Covid-19 sangat menular sehingga dibutuhkan kedisiplinan semua pihak untuk menjalani protokol pencegahan. Selain itu Covid-19 masih belum memiliki obat yang spesifik dan vaksinnya belum ada. Kebersihan tangan sebagai pemutus rantai infeksi utama, tangan adalah alat utama bagi pekerjaan tenaga kesehatan, tangan yang menjadi rantai kunci dalam penularan. Kegagalan kebersihan tangan menyebabkan multi resisten (wabah).

“Dengan ini tujuan New Normal yaitu untuk mengaktifkan kembali aktifitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” tutupnya. (HA/RS)