Kolaborasi Sebagai Kunci di Era Disrupsi

Jurusan Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar seminar bertajuk Webinar Series on Informatics. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara UII dengan sejumlah perguruan tinggi mitra di dalam dan luar negeri. Seminar terbagi dalam empat sesi webinar, masing-masing membahas sistem informasi dan teknologi blockchain, sains data, keamanan komputer, dan yang terakhir penerapan kecerdasan buatan.

Rektor UII Prof. Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya Sabtu (19/9), menuturkan kolaborasi sebagai kunci di era disrupsi, terlebih di masa pandemi saat ini. “Topik ini sangatlah penting, dan akan memberi pengaruh terhadap kehidupan kita saat ini dan di masa yang akan datang. Di masa pandemi Covid-19, kita dipaksa untuk menyesuaikan business model, business process kita,” jelasnya.

Sistem informasi dan teknologi blockchain menjadi bahasan di webinar hari pertama. Secara sederhana, blockchain merupakan sistem penyimpanan data digital berisikan catatan yang terhubung melalui kriptografi. Pembicara yang dihadirkan yakni dosen Informatika UII Dr. R. Teduh Dirgahayu, Dr. Raja Kumar Murugesan dari Taylor’s University Malaysia dan Song Wan Li, Ph.D. dari Xiaozhuang University Cina.

Teduh mendefinisikan blockchain sebagai penyimpanan data transaksi peer-to-peer terdistrubusi (non relasional), terdiri dari blok data yang dipesan dan terhubung yang integritasnya dipertahankan menggunakan kriptografi. Terdistrubusi atau non relasional berarti tidak ada kontrol pusat yang mengendalikan seluruh data di tiap perangkat (node). Sehingga, ia menyebut apabila salah satu node bermasalah, seluruh penyimpanan data atau database dapat tetap beroperasi.

Ia menjelaskan, frasa peer-to-peer terdistrubusi merupakan jaringan yang digunakan blockchain, integritas yang dipertahankan kriptografi tentang aspek keamanan, serta blok data yang dipesan dan terhubung sebagai algoritmanya.

Blockchain disebutnya tidak selalu menjadi pilihan terbaik karena tergantung pada jenis database yang dibutuhkan. “Tidak semua aplikasi cocok atau dapat menerapkan dengan baik blockchain. Contohnya sistem informasi akademik di universitas, itu sudah berjalan berdasarkan database relasional. Anda tidak perlu pindah ke platform blockchain,” sebutnya.

Di sisi lain, Raja Kumar melabeli blockchain sebagai pemecah tantangan yang ada. Dengan berbagai manfaat yang dimiliki, blockchain mampu mempercepat transformasi digital melalui transaksi digital, proses bisnis, rantai pasokan, konektivitas, kontrak pintar, serta teknologi finansial (fintech).

Kepala Riset Faculty of Innovation and Technology Taylor’s University ini menjelaskan, transformasi digital melibatkan penggunaan teknologi untuk mengubah suatu proses menjadi lebih efektif dan efisien. Transformasi digital memberikan suatu nilai kepada pelanggan, juga mengubah lanskap kompetitif dan ekonomi pasar. Menurutnya, hal ini menjadi penting di era disrupsi kini.

Sinergi antara Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan analitik data turut mendorong transformasi digital. “IoT membantu pengumpulan data, AI menawarkan metode untuk belajar dari riwayat, dan blockchain memungkinkan terbangunnya kepercayaan. Ketiganya bersama memberikan kita kemampuan adaptasi terhadap perubahan. Bertemunya AI, IoT, blockchain, dan analitik data adalah kebutuhan yang didorong oleh sifat melengkapi dari teknologi ini,” sebutnya.

Selanjutnya, Song Wan Li mengupas tuntas salah satu bagian penting di sistem informasi, yakni kontrol akses. Ia mengawali materi dengan membahas soal data, hal yang dijaga keamanannya oleh teknologi kontrol akses.

“Kontrol akses adalah teknik keamanan yang mengatur siapa atau apa yang bisa menggunakan atau melihat sumber daya di sebuah lingkungan komputasi. Ini adalah konsep mendasar dalam keamanan yang meminimalkan resiko bagi bisnis atau organisasi,” jelasnya

Kontrol akses menjamin orang mendapat akses terhadap data sesuai dengan kepentingannya. Sehingga, di saat si A memiliki akses untuk mengedit suatu data, bisa jadi si B hanya dapat melihatnya atau bahkan tidak diberi akses sama sekali. “Kontrol akses adalah metode untuk menjamin bahwa pengguna adalah ‘siapa mereka’ dan mereka memiliki akses yang sesuai ke data,” sambungnya. (HR/RS)