Yuk Intip Keseruan Menjadi Mahasiswa IP Komunikasi UII
International Program Communication (IP Komunikasi FPSB UII) mengadakan kegiatan tea time talk melalui Instagram live belum lama ini dengan mengangkat tema “Take a Peek at the Orientation Days with IPC 2019”. Kali ini, M. Daffa Athallariq salah satu mahasiswa IP Komunikasi 2019 menyampaikan keseruan selama ia menjadi mahasiswa di prodi tersebut selama satu tahun belakangan ini. Event ini digelar untuk semakin mendekatkan IP Komunikasi agar lebih dikenal oleh khalayak umum
M. Daffa Athallariq menyampaikan alasannya bergabung dengan prodi IP Komunikasi karena sangat cocok dengan kepribadiannya yang suka banyak bicara. Hal ini telah menjadi bagian dirinya sejak SMA.
“Ketika saya belajar di prodi ini saya merasa sangat menikmati karena kelasnya yang tidak terlalu padat. Bukan karena membahas eksklusifitas tetapi saya merasa lebih nyaman dan konsentrasi karena kita tidak perlu pindah kelas. Saat saya mahasiswa baru, kami juga diberikan sambutan yang istimewa dari IP Komunikasi”, kisahnya.
Awalnya sebagai mahasiswa baru ia sempat merasa grogi ketika mengikuti upacara penyambutan. Namun hal itu segera berubah manakala ia mengetahui yang menyambutnya adalah para dosen dan senior yang ramah.
“Saya sempat terkejut ternyata banyak golongan juga yang bergabung di kegiatan ini. Jadi sejak itulah saya merasa seru dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk lebih mengenal orang yang sejurusan seperti para dosen, kakak tingkat, staf, dan para alumni IP Komunikasi. Yang menariknya lagi dari hari penyambutan (welcoming day) kebetulan kakak tingkat yang datang begitu banyak”, ujarnya senang.
Sedangkan terkait perbandingan dengan prodi Komunikasi reguler, menurutnya hal itu tidak menjadi soal. Sebab pada dasarnya kedua prodi mendapatkan bekal kompetensi keilmuan yang sama.
“Setelah bertanya kita terdapat perbedaan penyampaian karena dosennya berbeda. Jadi ketika kita ingin sharing dengan kelas reguler bagi saya keadaan itu menjadi lebih menarik. IP Komunikasi juga belajar basic writing dan academic writing. Perbedaannya kami diharuskan memakai Bahasa Inggris”, imbuhnya.
Di akhir perbincangan, ia menyebut secara keseluruhan menjadi mahasiswa baru IP Komunikasi sangatlah menarik. Tidak hanya belajar dengan mahasiswa Indonesia, bahkan ada satu teman yang berasal dari Thailand. “Pertama kali bertemu dengannya kami sempat merasakan cultural shock dan bingung kira-kira orang Thailand komunikasi menggunakan bahasa apa. Hingga akhirnya kami sentil menggunakan Bahasa Inggris”, pungkasnya senang. (FNJ/ESP)