,

Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Belanja ke Grup Arisan

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno, M.B.A menyampaikan belanja kebutuhan sehari-hari ke tetangga dekat rumah saja lah, ke grup arisan, ke Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), gunakan produk-produk saudara kita agar dapat memperbaiki ekonomi Indonesia. Hal ini disampaikan dalam 4th National Conference on Accounting and Finance (NCAF) dengan tema “Strategi Adaptasi dan Resiliensi Organisasi Menghadapi Pandemi” pada Rabu (26/8) secara virtual.

Kegiatan ini merupakan gagasan dari Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) yang bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah D.I. Yogyakarta, serta didukung oleh 19 Perguruan Tinggi Nasional.

Argumentasi soal pentingnya belanja produk lokal ini juga ditegaskan oleh Prof. Rofikoh Rokhim selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sekaligus Komisaris Independen PT BRI (Persero) Tbk. “Menggunakan produk lokal dapat menghindari middle income trap. Mulai lah dari diri kita sendiri, marilah cintai produk dalam negeri,” ungkapnya.

“Melihat kondisi saat ini, kita harus optimis dengan penuh kewaspadaan. Karena kalau diibaratkan, angka perlambatan ekonomi Indonesia sudah mencapai di dasar jurang,” ujar Sandiaga Uno. Ia melanjutkan, optimisme ini perlu dibangun untuk memantulkan kembali roda perekonomian Indonesia dengan kekuatan utama ekonomi bangsa ini. “Apa itu kekuatan utama ekonomi kita? Yaitu UMKM dan ekonomi rakyat,” terangnya.

Segmentasi UMKM dan ekonomi rakyat berada pada konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya Sandiaga Uno menyampaikan, bantuan sosial yang diberikan pemerintah paling benar adalah dengan bantuan langsung tunai. Melalui bantuan langsung tunai, dampak yang dirasakan akan langsung terasa di kantong masyarakat. Bantuan langsung tunai memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan prioritas kebutuhan mereka. Bansos ini juga sekaligus digunakan untuk mendongkrak konsumsi rakyat. “Bantuan langsung tunai diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia dengan cara membelanjakannya untuk kebutuhan sehari-hari, bukan malah kebutuhan yang sekunder,” imbuhnya.

Optimisme bangkitnya ekonomi bangsa semakin diyakini dengan peran perbankan yang masih berjalan. “Secara overall kita masih bisa optimis karena di semester dua sudah mengalami perbaikan. Dilihat dari indikator perbankan, aset perbankan masih mengalami kenaikan karena masih ada kredit yang tumbuh hingga 4,2% dan deposito 12%,” jelas Rofikoh Rokhim. Angka ini dilihat dari kebutuhan masyarakat akan modal yang masih relatif tinggi sehingga membutuhkan bantuan kredit dari perbankan. Serta kesadaran akan menabung untuk masa yang tidak pasti meningkat.

Disampaikan Dr. Sri Haryati, Asisten Perekonomian dan Keuangan Pemprov DKI Jakarta (Mewakili Gubernur DKI Jakarta), permasalahan setingkat ini tidak bisa menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Kerenanya perlu ada kolaborasi berskala besar. Dengan demikian, pemerintah sangat mendukung penuh momentum kejayaan UMKM. Salah satunya dengan kolaborasi pada website jakpreneur.jakarta.co.id yang memungkinkan kolaborasi para pelaku UMKM. Tak hanya itu, Sri Haryati menambahkan, Pemulihan pasca pandemi ini harus mencangkup pada seluruh lini. Hal ini dilakukan mulai dari pemetaan pada masyarakat miskin, rentan miskin, hingga mampu. Kesemuanya akan mendapatkan bantuan ekonomi dengan bentuk yang menyesuaikan kebutuhan.

Turut hadir dalam seminar nasional tersebut, Rektor UII Prof. Fathul Wahid. Dirinya menyampaikan, UII turut serta dalam mendukung perekonomian rakyat melalui Warung Rakyat yang digagas untuk menyatukan para UMKM di satu website terorganisir. Melalui kesempatan ini, Fathul Wahid merasa Warung Rakyat perlu diteruskan mengingat banyak para pelaku UMKM yang memberikan testimoni positif.

Selanjutnya, sebagai seorang akademisi, Fathul Wahid mengatakan, idak mungkin membicarakan pendidikan tanpa memikirkan dampak ekonomi yang menyertainya. Dengan adanya mahasiswa, mereka diibaratkan sebagai turis yang menetap selama sekitar 4 tahun, dan selama itu lah mereka turut menggerakkan ekonomi rakyat untuk kebutuhan sehari-harinya. Oleh karena itu, Fathul Wahid meyakini bahwa pendidikan tinggi sebagai salah satu organisasi yang terdampak perlu menjalankan strategi untuk menghadapi masa ini. (VTR/SM/RS)