Ramai-Ramai Mengecam Hubungan Diplomatik Israel-UEA

Normalisasi hubungan diplomatik Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) pada 13 Agustus 2020 silam sontak membuat kehebohan di dunia internasional. Muncul pro dan kontra dari negara mayoritas muslim yang selama ini tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Dalam kalangan mahasiswa prodi Hubungan Internasional tentu saja keadaan ini menjadi isu yang menarik. Prodi HI FPSB UII memberikan wadah melalui ngalirtalk melalui kanal YouTube dengan menggandeng 3 pemateri untuk menyampaikan pendapatnya dengan tema “Persahabatan Israel dan UEA: Bagaimana dengan Negara Islam Lain?”.

Pembicara pertama, Dr. Muhammad Zulfikar Rahmat, Ph.D mengawalinya dengan mengupas latar belakang hubungan Israel dan UEA beberapa tahun ke belakang. Menurutnya, normalisasi ini sebenarnya sudah lama ditunggu banyak orang. “Jadi normalisasi ini hanyalah sebuah event yang memformalisasi antara hubungan keduanya. UEA sendiri dari segi militer dan ekonomi sangat diuntungkan”, katanya.

Ia menambahkan dari segi geopolitik, perkembangan Iran cukup mengkhawatirkan sehingga UEA mulai mencari teman. Pada krisis teluk dahulu terdapat perselisihan antara Qatar dan UEA. Jika Qatar sangat pro-Islam, namun UEA ingin mendorong pandangan yang tidak terlalu kuat pada Islam sehingga menjalin hubungan baik dengan Israel.

“UEA sejak beberapa tahun lalu berinvestasi di Israel. Secara tidak langsung juga terdapat investasi UEA di Amerika Serikat. Sejak normalisasi, Donald Trump memperbolehkan perusahaan UEA untuk menjalankan proyeknya. Faktor normalisasi ini sangat luas, dan hal yang dilakukan UEA adalah wajar jika kita berbicara terkait national interest”, imbuhnya lagi.

Sedangkan, Muhammad Rezky Utama, M.Si menyampaikan pada 2015 lalu Israel juga pernah mengumumkan memiliki hubungan diplomatik dengan UEA. “Ada kesempatan bagi Israel dapat membentuk hubungan diplomatik dengan negara sekitarnya, dimulai UEA dan target selanjutnya Oman. Meskipun hingga sekarang Oman belum memberikan klarifikasi terkait itu. Di sini sebenarnya karena adanya satu musuh bersama yaitu Iran yang membuat hubungan UEA dan Israel semakin erat”, ujarnya menguatkan pandangan pemateri sebelumnya.

Pemateri terakhir, Gustri Eni Putri, M.A., menyampaikan penolakan beberapa negara seperti Palestina, Turki, Iran, dll terhadap normalisasi UEA dengan Israel. Iran merasa normalisasi hubungan kedua negara tersebut akan mengganggu stabilitas keamanannya sehingga ia sangat melarang dengan keras. Iran juga was-was jika wilayah UEA dapat digunakan oleh Israel untuk menyerang Iran karena jarak UEA yang sangat dekat.

Adapun Turki menolak normalisasi ini karena akan merugikannya di bidang ekonomi. Jika dilihat hubungan UEA dan Israel akan mempengaruhi kondisi di laut tengah. UEA diprediksi akan membantu pembangunan pipa bawah laut yang menjadi proyek Israel. Ini berpotensi menyaingi proyek Turki dan Libya yang akan mengalirkan gas ke Eropa. Sedangkan Palestina akan merasa sangat ditinggalkan oleh UEA karena adanya hubungan normalisasi terhadap kedua negara tersebut. Sebelumnya sudah ada contoh Mesir dan Yordania yang melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Kemudian disusul oleh UEA di mana hubungan ini merubah banyak hal. (FNJ/ESP)