Nikmat dan Siksa Kubur

Setiap mayit setelah mengalami fitnah kubur, maka proses selanjutnya nikmat kubur atau siksa kubur. Hal ini dikatakan Ustadz Amir Assoroji dalam kajian akidah takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) pada Selasa (18/8).

Ustadz Amir menyebut selain firman Allah, terdapat pula beberapa hadits yang mengatakan siksa kubur. Hadits tersebut di antaranya; “Aisyah ra menanyakan mengenai azab kubur, Rasulullah memberi jawaban: iya, azab kubur pasti ada.” (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Janaiz)

“Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah berdoa dalam salatnya, “Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari azab kubur,” (HR. Mutafaqun Alaih)

Diriwayatkan oleh Hannad ibnus-Sari dalam kitabnya Az-Zuhdu dari Waki’, dari Al-A’masy, dari Syaqiq, dari Aisyah ra berkata bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi masuk menemuinya, lalu wanita Yahudi itu mengatakan, “Kami berlindung kepada Allah dari adzab kubur.” Maka Aisyah ra menanyakan azab kubur itu kepada Rasulullah, dan beliau menjawab: Adzab kubur itu adalah haq atau benar adanya. Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya mereka disiksa di kuburnya sampai binatang-binatang mendengar suara mereka. Aisyah ra mengatakan bahwa tidak sekali-kali ia melihat Rasulullah sesudah selesai dari salatnya, melainkan memohon perlindungan dari azab kubur. (HR. Al-Bukhari)

Ustadz Amir menuturkan perkara azab kubur sangatlah besar, begitu pula bahayanya. Maka Rasulullah pun menyampaikan azab kubur kepada sahabat-sahabatnya dengan berkhutbah. Rasulullah bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur (diulangi sampai 2/3 kali).” Kemudian Rasululah berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari azab kubur (sampai 3 kali).” (HR. Al Barra’ bin ‘Azib)

Dalam hadits Ibnu Abbas, Rasulullah pernah melewati dua kuburan. Kemudian beliau bersabda: “Kedua penghuni ini sungguh sedang mendapat azab. Dan tidaklah keduanya diazab karena melakukan dosa besar. Adapun salah satunya karena berbuat namimah (adu domba) dan yang kedua karena tidak membersihkan air kecingnya.” (H.R. Muslim no. 292)

Kata Ustadz Amir, Rasulullah diberi kelebihan dan kemampuan oleh Allah untuk mendengar siksa kubur. Diriwayatkan muslim, Zaid bin Tsabit, ketika Rasulullah ada di kebun Bani Najjar dengan menaiki keledai, secara tiba-tiba keledai itu menyimpang dari jalanan dan lari kencang hingga membuat Rasulullah hampir terjatuh. Setelah diketahui, ternyata tempat tersebut adalah sebuah kuburan yang berisi beberapa orang.

Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada salah satu lelaki yang ada di sana, siapakah yang mengenal penghuni kubur tersebut. Lelaki tersebut menjawab bahwa dirinya mengenal mereka. Setelah itu, Rasul kembali bertanya dalam keadaan apa mereka meninggal.

Lelaki tersebut kembali menjawab, jika mereka meninggal pada saat syirik. Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya umat tersebut sedang diuji di dalam kuburnya dan jika bukan karena kalian takut menguburkan, sungguh aku berdo’a kepada Allah Swt supaya ia mendengar azab kubur yang aku dengar pada kalian”.

“Adapun kita manusia secara umum tidak dapat mendengar azab kubur sebab dikhawatirkan kita tidak berani menguburkan teman atau saudara ke kuburan,” ungkap Ustadz Amir.

Lebih jauh, Ustadz Amir mengungkapkan selain Rasulullah dan binatang-binatang, terdapat pula beberapa orang yang diberi kesempatan untuk mendengarkan siksa kubur. Katanya, jika ada seseorang yang bercerita mengenai siksa kubur maka yang ia harus memastikan apakah orang tersebut jujur dan terpercaya atau mendusta. “Jika ia orang terpercaya, amanah, misal Sholih atau Sholihah maka bisa saja benar, tapi tentu ini berdasarkan kehendak Allah,” tutur Ustadz Amir.

Di akhir sesi, Ustadz Amir menyatakan orang dapat mendengar atau melihat azab kubur ketika dalam keadaan terjaga maupun bermimpi. Jika bermimpi maka ia yang dalam keadaan tidur namun ruh nya bisa duduk, berdiri, berjalan, berbicara, atau melakukan berbagai hal di alam bawah sadarnya.

“Badan dan ruh nya bisa merasakan siksaan maupun kenikmatan, sementara jasadnya terbaring, kedua matanya terpejam, mulut tertutup dan badannya terdiam. Bahkan terkadang tubuhnya bergerak karena kuatnya pengaruh bawah sadanya,” tutup Ustadz Amir. (SF/RS)