,

Mempertahankan Pasar Ekspor di Era New Normal

Ikatan Keluarga Alumni Teknik Industri (IKATI) Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan acara Berbagi dan Berdiskusi (IKATI BERISI) secara virtual. Diskusi daring bertemakan “Peluang Baru Pasar Ekspor Bagi Pemula di Era New Normal” ini diadakan pada Minggu (5/7). Pembicara yang hadir adalah Alumni TI UII Angkatan 99, Kustanto, ST. yang menjabat sebagai Ketua Komunitas Eksportir Muda Indonesia. Turut hadir Dr. Muslim El Hakim Kurniawan, MM selaku kepala UPTD Rumah Kemasan dan Pengembangan Produk Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Provinsi Bangka Belitung.

Kustanto mengatakan bahwa terjadi disrupsi supply chain (rantai pasokan) perdagangan dunia tahun 2020 selama pandemic COVID-19 berlangsung. “Potensi industri manufaktur selama lockdown khususnya di Tiongkok, Uni Eropa, dan Amerika Serikat mengalami kerugian sebesar 26 triliun dollar. Efek disrupsi juga memberikan dampak negatif terhadap negara berkembang”, ujarnya.

Outlook daya saing UKM meramalkan bahwa eksportir dari Afrika kehilangan lebih dari 2,4 miliar dolar dalam ekspor rantai pasokan industri global. Ini sebagai akibat dari penutupan pabrik di Tiongkok, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Kerugian tersebut disebabkan oleh gangguan sementara hubungan rantai pasokan dengan UE.

Pada saat yang sama, sebanyak 93 negara menerapkan kebijakan ekspor terkait pandemi, seperti pembatasan ekspor produk medis dan makanan. Namun sebaliknya, ia juga menyebut 105 negara menerapkan kebijakan pengurangan tarif barang medis sejak awal krisis. Sebanyak 46% negara berkembang dan 18% negara paling kurang maju telah mengambil tindakan serupa.

Ia menggarisbawahi lima langkah penting agar ekspor Indonesia dapat bertahan di era New Normal. Pertama adalah memperkuat imunitas bisnis. Unsur tersebut adalah berkaitan dengan database dengan data yang harus valid, market riset, kualitas, dan work from home untuk efisiensi dan keamanan.

Kedua, karakter digital karena sekarang yang paling penting kemampuan untuk mengolah big data dan mengoptimalkan potensi teknologi digital. Ketiga, inclusive atau membangun kembali tatanan jaringan global untuk memperkuat sinergi yang produktif. Keempat, memperhatikan keamanan dan kesehatan pasar dengan memperhatikan protokol kesehatan di masa new normal. Kelima, diservikasi dengan melakukan upaya perluasan dan peluang di masa new normal.

Sementara itu, Dr. Muslim menyoroti tiga tantangan utama UMKM selama pandemi. Tantangan tersebut utamanya berkutat pada pasokan, cash flow, dan permintaan. “Dalam pasar ekspor yang pertama adalah mencari pembeli. Manfaatkan situs web seperti exportpotensial, ITPC (Indonesian Trade Promotion Center), serta Global Marketplace seperti Alibaba.com”, terangnya.

Kedua, persiapan barang sesuai prosedur yang ada. Misalkan, pengiriman manggis ke Tiongkok harus memiliki sertifikat dari kualitas manggis tersebut. Ketiga, pengiriman barang bisa dengan jasa kurir atau dropshipper sesuai dengan undang-undang bea dan cukai.

Ia memberi tips agar pengusaha ekspor memperhatikan kebutuhan dan keinginan pembeli. Tidak kalah penting adalah mempersiapkan katalog harga, perhatikan waktu pengiriman dan minimum order, cari sebanyak-banyaknya importer list terkait produk kita, serta memetakan calon pembeli apakah dia end user, tradinghouse, atau wholesalers. (HN/ESP)