New Style dan Peradaban Baru

Hadirnya Industri 4.0 yang membawa pada kondisi serba digital telah banyak mempengaruhi dan merubah segala bentuk aktivitas pada sektor pendidikan, bisnis, dan beragam sektor lainnya. Era yang dikenal dengan kecanggihan mesin dan big data ini selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Di saat pandemi Covid-19 melanda, yang mengharuskan untuk sosial distancing, membuat segala hal dikerjakan secara online. Tak pelak kondisi ini membuat penggunaan internet dan mesin pintar menjadi sangat masif.

Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) terpantik untuk menggelar Muhibah Webinar seri#10 dengan mengangkat tema diskusi “New Style dan Peradaban Baru” pada Sabtu (27/6). Webinar menghadirkan pembicara Ir. Hanes Hendri M.M., Fandi Musjafir, dan Dr. Rer. Soc. Masduki, S.Ag., M.A., M.Si.

Hanes Hendri merupakan alumni UII yang saat ini berkarir di PT. Telkom sebagai Former VP. HCBP. Ia menyampaikan tiga peradaban besar, dimana saat ini berada di peradaban modern atau industrial revolution. Pada peradaban modern teknologi besi hadir dan berkembang menjadi mesin dan robot-robot yang menjadikan proses produksi lebih meningkat. Lalu muncul Artifial Inteligence dan Big Data dengan sistem sensorik transfer data yang sangat bagus mempercepat segala kegiatan manusia diberbagai aspek.

“Sebenarnya dari 2016 perusahaan maupun masyarakat sedang berjalan transformasi digital, namun dengan adanya pandemi proses ini dipercepat dengan berjalannya sistem work from home, selama tiga bulan semua pekerjaan dilakukan online. Terlihat bahwa saat ini mesin sangat membantu dan efektif, diprediksi di tahun yang akan datang sumber daya manusia sudah tidak banyak dibutuhkan lagi,” ungkap Hanes Hendri.

Selanjutnya, Fandi Musjafir, Head of Seva.id di PT. Astra Internasional tbk. yang juga Alumni UII menjelaskan new style di new era. Menurutnya telah terjadi perubahan drastis pada sikap individu karena kemudahan teknologi digital, dimana hal ini bisa digunakan oleh para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Jika dahulu konsumen harus keliling dari satu dealer ke dealer lain untuk mendapatkan informasi tentang motor, maka berbeda dengan saat ini informasi bisa mudah didapat hanya dari internet.

“Dalam berbisnis kita perlu yang namanya digital asset, memasarkan produk di media sosial, selain praktis pemasaran di media sosial juga sangat besar jangkauannya tanpa harus mengeluarkan budget pemasaran yang besar,” ujarnya.

Menurut Fandi, memanfaatkan teknologi digital juga sangat berpengaruh terhadap engagment konsumen kepada kita sebagai produsen, rata-rata setiap orang bermain sosial media kurang lebih delapan jam perhari, dengan melihat pola gaya hidup konsumen kita bisa tahu apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Sehingga apa yang kita produksi bisa lebih tepat sasaran, karena saat ini setiap kostumer adalah digital kostumer.

Masduki dalam paparannya menjelaskan bahwa new normal saat ini dapat diposisikan sebagai ‘kode komunikasi’, yaitu tanda yang dikomunikasikan dari para pembuat keputusan seperti pemerintah kepada masyarakat luas mengenai keadaan. New normal belum dikatakan peradaban baru, tetapi hanya bentuk penyesuaian. Dalam pendekatan sejarah politik peradaban baru dimulai dan dipicu oleh hal-hal perang.

“Mungkin bisa saja setelah ini muncul peradaban baru yang ditimbulkan oleh konflik kesehatan yang memicu persaingan ketat dalam perekonomian, mengenai shifting industry yang mana akan bertahan di kala pandemi seperti ini,” terang Masduki yang merupakan dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi UII. (CSN/RS)