Antisipasi Krisis Pasca Pandemi dengan Memperluas Jaringan
Sektor Ekonomi menjadi salah satu dari sekian bidang yang menuai dampak dari Covid-19. Akibat dari mewabahnya virus ini, kondisi ekonomi di Indonesia dari sisi produksi turun tajam, begitu juga dari sisi permintaan dan ekspor impor. Kondisi ini menyebabkan investasi menurun, dan meningkatnya PHK. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya pendapatan, konsumsi menurun, serta ekonomi terkontraksi tajam.
Hal tersebut dikemukakan Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Pusat lkatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (DPP IKA UII), Dr. Halim Alamsyah, S.E., S.H., M.A. dalam diskusi yang digelar secara daring, Sabtu (25/4). Diskusi yang digagas oleh DPP IKA UII bersama Direktorat Pengembangan Karier & Alumni UII ini turut menghadirkan Drs. Daan Achmad, M.M., Ketua DPW IKA UII DKI Jakarta Sri Hascaryo, serta Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.
Mengangkat judul Membangun Jejaring Alumni dalam Berkontribusi Mengantisipasi Krisis Pasca Pandemi Covid-19, diadakannya diskusi bertujuan agar Alumni UII mendapatkan gambaran untuk dapat menghadapi dan mensiasati kondisi krisis ekonomi pasca Pandemi Covid-19 ke depan.
Halim Alamsyah menggolongkan kinerja sektoral yang terkena dampak negatif menjadi tiga bagian. Pertama high impact (omzet turun >30%) di antaranya yakni bidang pariwisata, manufaktur, bahan bangunan. Medium impact (omzet turun 10-30%) yakni multifinance, otomotif, pusat berbelanjaan. Berikutnya Low Impact (omzet turun <10%) seperti E-commerce, alat kesehatan dan makanan pokok.
“Kesimpulannya, sampai vaksin tersedia mobilitas sosial akan terbatas. Kontraksi ekonomi tidak terhindarkan, isu kemiskinan Vs kesehatan akan menjadi tantangan terberat bagi kita semua,”paparnya.
Sementara Sri Hascaryo lebih banyak menyoroti tentang manajemen bisnis. Dari segi bisnis, dengan melakukan efisiensi struktur perusahaan, dari menghentikan operasional hotel, menghentikan jabatan atas seperti direksi dan karyawan-karyawan di bawahnya. Sedangkan untuk alumni, Ia menyarankan agar membuat satu pintu atau jaringan, sosial awareness, agar lebih tepat sasaran dan ada dampak bagus dari alumni UII.
Daan Achmad menambahkan, dalam membangun jaringan alumni ada tiga hal yang bisa dilakukan. Pertama mengoptimalkan bisnis atau membuat komoditas bisnis yang dimiliki oleh alumni ataupun mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan universitas ataupun antar alumni/mahasiswa. Berikutnya dengan membuat crowdfunding, dan yang ketiga trans based organizations.
Fathul Wahid dalam kesempatannya menyinggung kondisi universitas saat ini. Dikatakan, lebih dari 70% mahasiswa UII sudah pulang kampung, dan yang cukup memprihatinkan adalah hampir separuh penghasilan orang tua mahasiswa terkena dampak berat dari pandemi Covid-19.
Untuk alumni, menurut Fathul Wahid terdapat delapan peran yang dimiliki. Peran tersebut yakni sebagai duta besar, penebar ekspertis, pendorong globalisasi, sebagai guru kesiapan berkarya, patron pengembangan diri, pendukung finansial, penguat sesama alumni, dan pemain kolektif peradaban.
Fathul Wahid mewacanakan adanya Jaringan saudagar UII, Profesional UII, dan Ekonomi UII. “Saya membayangkan hal-hal yang bisa dilakukan oleh alumni UII setelah bakda pandemi ini. Akan adanya jaringan-jarinagan alumni yang lebih terstruktur, dengan basis data alumni yang bisa diakses oleh semua alumni,” jelasnya. (MH/RS)