Memperingati Tahun Baru Hijriah dengan Dzikir dan Refleksi Berjamaah

Menjelang bergantinya tahun baru Islam 1440 H, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas islam Indonesia (PAI FIAI UII) menyelenggarakan “Dzikir dan Refleksi Berjamaah Memperingati Tahun Baru 1440 Hijriah” pada hari Kamis (20/09). Bertempat di Ruang Sidang Gedung Wahid Hasyim UII, acara ini dihadiri para sivitas akademika di lingkungan FIAI UII dan pimpinan dari yayasan yatim piatu Darul Qolbi.

Dalam kesempatan ini, Moh. Mizan Habibi, S.Pd.I., M.Pd.I selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam menyampaikan kegiatan dzikir dan refleksi berjamaah ini merupakan salah satu implementasi dari Local Genius Program Studi PAI yang sudah dirumuskan beberapa bulan lalu. “Dengan kegiatan ini PAI turut mewarnai peringatan tahun baru hijriah ini“, ungkapnya.

Kemudian dilanjutkan penyampaian dosen PAI FIAI UII Drs. M. Hajar Dewantoro, M.Ag yang mengatakan acara ini bermanfaat untuk mengingatkan akan pentingnya dzikir. “Tema pada acara ini menginspirasi bahwa dzikir merupakan salah satu indikator perilaku kenabian”, pungkasnya. Kemudian acara dilanjutkan dengan penyerahan santunan dari Program Studi PAI UII kepada yayasan yatim piatu Darul Qolbi.

Sedangkan Drs. H. AF. Djunaidi, M.Ag menyampaikan tahun baru Hijriah merupakan tahun Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah kemudian kembali ke Makkah yang disebut dengan Fathul Makkah. “Rasulullah kembali menuju Makkah yang disebut dengan Fathul Makkah, itu adalah dakwah Rasulullah yang disambut oleh penduduk Makkah dengan sebutan-sebutan yang mulia” ungkapnya.

Kemudian ia menyampaikan kaitan acara ini dengan muhasabah, bahwa sesungguhnya muhasabah harus dilakukan setiap saat. “Orang itu lupa muhasabah karena lupa bahwa kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk terbaik, sebagai khalifah, dan menjalankan amanah dari Allah. Kalau tiga aspek sudah kita pegang, maka kita akan menjadi orang-orang yang bisa memberikan rahmatan lil a’lamin yaitu berbagi kesenangan kepada siapapun” pungkasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa yang terpenting agama yang dilakukan sebagai orang Islam harus manusiawi. “Apalah artinya kita menjadi orang Islam tetapi tidak manusiawi” tandasnya. Kemudian pada akhir acara dilanjutkan dengan dzikir bersama. Para peserta acara ini begitu antusias dalam mengikuti acara ini dan khusyuk ketika mengikuti dzikir bersama. (AR/ESP)