,

UII Dominasi Peserta Monev PKM Tahun 2018

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali dipercaya oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadi salah satu penyelenggara monitoring dan evaluasi (Monev) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2018. Bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, pada 17–19 Juli 2018, kegiatan diikuti oleh 119 tim PKM dari delapan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah D.I. Yogyakarta. Dari jumlah tersebut, UII mendominasi peserta monev dengan jumlah 92 Tim.

Disampaikan Rektor UII Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., UII merupakan PTS peraih dana hibah terbesar di Indonesia untuk pendanaan PKM di tahun 2018. Untuk pendanaan PKM V Bidang tahun 2018 sendiri, UII mengajukan 56 proposal PKM-Penelitian Eksakta, 2 proposal PKM-Penelitian Sosial Humaniora, 16 proposal PKM-Kewirausahaan, 7 proposal PKM-Pengabdian Masyarakat, 8 proposal PKM-Karsa Cipta, dan 3 proposal PKM-Teknologi.

Fathul Wahid menuturkan, Monev PKM yang diselenggarakan bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil pelaksanaan PKM yang telah ditempuh oleh para peserta terpilih. Selanjutnya dinilai oleh tim Monev PKM dari Kemenristekdikti dan Internal Perguruan Tinggi. “Di samping sebagai bentuk pertanggungjawaban atas dana yang diperoleh, hasil pengukuran tersebut sangatlah penting untuk menentukan tim PKM yang dinilai siap dan layak untuk diberangkatkan mengikuti ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional,” ungkapnya.

Menurut Fathul Wahid PKM merupakan media pengembangan kemampuan mahasiswa yang progresif. Di dalamnya, mahasiswa diajarkan untuk berpikir lateral, mencari peluang, memandang sesuatu dengan berbeda. “Meskipun tajuk besar program adalah kreativitas, tetapi saya pribadi ‘mencium aroma’ inovasi di sana,” ujar Fathul Wahid di hadapan reviewer dan para mahasiswa anggota tim peserta Monev.

Kata kunci dalam kreativitas menurut Fathul Wahid adalah kebaruan. tetapi dalam inovasi, kebaruan harus ditambah dengan praktikal, dapat diadopsi, diterima oleh orang lain atau pasar. “Sebagai ilustrasi, mengganti sadel (tempat duduk) sepeda yang rusak dengan sepotong kayu yang dipasang dengan lakban adalah kreativitas. Tetapi mendesain dan memproduksi sadel yang ergonomis dan siap dipasarkan adalah inovasi. Di sini sensitivitas indera pencium peluang menjadi penting,” paparnya.

Selain itu menurut Fathul Wahid, para pembuat perubahan besar juga tidak terjebak pada pola pikir deduktif yang ‘hanya’ berangkat dari masalah. Mereka menggunakan pola pikir induktif yang berasal dari pemahaman atas peluang atau potensi. Ini terkait dengan sensitivitas. PKM juga merupakan program yang dikembangkan untuk mengasah sensitivitas mahasiswa.

“Ide-ide segar diharapkan muncul dari program ini. Pada masa depan yang tidak terlalu lama, saya berharap lulusan PKM ini menjadi entrepreneur, penemu, dan ilmuwan yang selalu menawarkan kebaruan dalam memandang dunia dan memajukannya,” tandasnya.

Sementara disampaikan salah satu reviewer PKM Kemenristekdikti, Dra. Endang Budiasih, M.T., Monev PKM dilakukan dengan cara penyampaian kinerja kegiatan dengan menunjukkan bukti-bukti terkait oleh kelompok PKM, dan selanjutnya dilakukan diskusi atau klarifikasi hasil kegiatan. Pelaksanaan Monev PKM merupakan bagian tak terpisahkan dari Hibah PKM.

”Monev PKM bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerima Hibah PKM telah menjalankan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan dan untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut dapat diselesaikan tepat waktu,” terangnya.

Selain itu disampaikan Endang Budiasih, penerima hibah akan dimonitor dan sekaligus dievaluasi sampai sejauhmana capaian kegiatan yang sudah dilakukan. Monev terhadap PKM juga merupakan bentuk akuntabilitas dari penerima hibah, baik yang terkait dengan aspek input, proses, maupun output kegiatan. (RS)