Kembangkan Desa Wisata Dengan Pembekalan Bahasa Inggris Untuk Remaja

Beberapa tempat wisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah menerapkan penggunaan bahasa Inggris pada media promosi mereka. Tidak dipungkiri bahwa semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung di kota pendidikan ini. Menurut Dinas Pariwisata DIY tahun 2015 tercatat bahwa terdapat 132 tempat wisata yang tersebar di lima kabupaten. Salah satunya yaitu Desa Ekowisata Pancoh yang terletak di Girikerto, Turi, Kabupaten Sleman. Desa yang masih menjunjung kearifan lokalnya ini memiliki potensi alam dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.

Desa Ekowisata Pancoh sudah mulai menerapkan penggunaan bahasa Inggris mulai dari guide book hingga papan keterangan di Desa tersebut. Inilah yang mendorong sekelompok mahasiswi Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Dyah Ayu Musyrifah (Teknik Industri), Tia Atika Putri (Teknik Industri), Ayu Sarah (Pendidikan Bahasa Inggris/ PBI) dan Rindah Nurjanah (PBI) memiliki gagasan untuk memberdayakan remaja Desa Pancoh dalam meningkatan keterampilan berbahasa Inggris.

“Belum semua elemen warga sadar akan pentingnya bahasa Inggris, jadi kami ingin membantu masyarakat Pancoh khususnya remaja untuk lebih melek akan pentingnya bahasa Inggris saat ini ataupun di masa yang akan datang,” ujar Dyah selaku ketua tim.

Program peningkatan keterampilan itu diberi nama IM TELLING yang merupakan singkatan dari Improving Promotion Through English Language Training. Program tersebut dilaksanakan setiap dua kali seminggu dengan total sebanyak sepuluh kali pertemuan. “Kami memiliki tim pengajar dari mahasiswa PBI UII dengan materi dari dosen” terang Dyah.

Di setiap pertemuan terdapat materi yang berbeda-beda serta satu sesi untuk praktik berbicara dengan turis secara langsung. “Ada salah satu anak yang mengeluh kalau mereka memang sangat kurang dalam berbicara bahasa Inggris karena di sekolah tidak pernah praktik speaking secara langsung. Jadi kami mengundang turis agar mereka berlatih langsung sehingga mereka lebih percaya diri,” lanjutnya. Mahasiswa PKM UII juga memperbaiki konten brosur desa wisata, media sosial instagram, serta mempromosikan Desa Ekowisata Pancoh di Official Account instagram Jogja.

Dalam mengadakan suatu program pasti tidak luput dari sebuah kendala. Namun, apapun kendalanya tidak membuat Dyah dan ketiga orang temannya putus semangat. Menurutnya, selain faktor cuaca yang tidak menentu, mengajak minat remaja agar tertarik belajar juga terbilang sulit.

Hanya tujuh remaja yang aktif dalam mengikuti program sampai akhir dari total keseluruhan sebanyak 17 orang. Untuk itu, ia menyiasatinya dengan kreatif memberikan games dan hadiah bagi peserta yang rajin.

Mereka berharap meski durasi program yang singkat, namun setidaknya bisa menambah kesadaran remaja Desa Pancoh untuk terus belajar bahasa Inggris. Jika dilihat dari skor pre test dan post test memang mengalami kenaikan namun tidak signifikan dan masih terbilang kurang.

“Harapan ke depannya kami ingin sedikit demi sedikit kemampuan mereka semakin bertambah dan pastinya lebih banyak wisatawan yang tertarik datang ke sana terutama wisatawan asingnya. Karena tujuannya kan agar Desa Ekowisata Pancoh lebih dikenal masyarakat Internasional,” harapnya. (GT/ESP)